Hukuman Bagi Dokter Pemberi Kemoterapi Buat Pasien Non-Kanker

Utami Widowati | CNN Indonesia
Senin, 13 Jul 2015 01:00 WIB
Dr. Farid Fata selama beberapa waktu telah memberikan kemoterapi dan obat-obatan kanker untuk pasien yang tidak membutuhkannya.
Ilustrasi jarum suntik. (urfinguss)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dokter asal Michigan, Dr. Farid Fata (50) dinyatakan bersalah dalam kasus malpraktek, pencucian uang, dan pemberian terapi kanker tanpa membicarakan efek sampingnya pada pasien.

Fata disebutkan selama beberapa waktu telah memberikan kemoterapi dan obat-obatan kanker untuk pasien yang tidak membutuhkannya — termasuk mereka yang sama sekali bukan pengidap kanker. Untuk tindakannya ini Fata dijatuhi hukuman selama 45 tahun penjara.  

Pada September lalu Fata sudah menyatakan diri bersalah telah memberikan diagnosa yang salah kepada sejumlah pasien. Kepada beberapa pasiennya Fata mengatakan mereka mengidap kanker darah terminal yang disebut dengan multiple myeloma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia dinyatakan bersalah atas 13 kasus penipuan layanan kesehatan, kasus konspirasi untuk mendapatkan bayaran atas anjuran terapi tak perlu dan pencucian uang.

Seperti diberikatakan CNN, jaksa federal menyebut Fata sebagai “penipu paling mengerikan dalam sejarah negara. Buat Fata, pasien bukanlah manusia. Pasien baginya adalah sumber keuntungan.”

Dari kejahatannya, Fata terbukti mengumpulkan uang sebanyak $17,6 juta atau setara Rp 234 miliar dari Mediacare dan perusahaan asuransi privat. Sebanyak 553 pasiennya menerima obat berupa infus dan injeksi yang sama sekali tidak dibutuhkan. Dokter hematolog-onkologi itu dalam sidang telah menyatakan penyesalannya, dan mengatakan dia sangat malu atas apa yang telah dilakukannya.

“Saya telah melanggar sumpah Hippokratik dan menyalahi kepercayaaan pasien saya,” kata Fata. “Saya tidak tahu bagaimana saya bisa menyembuhkan luka itu. Saya tidak tahu bagaimana menunjukkan rasa sedih dan rasa malu.”

Tetapi beberapa korban Fata yang telah mengajukan pengaduan ke pengadilan distrik untuk bagian timur Michigan yang menyaksikan sidang itu mengatakan permintaan maaf itu tak ada artinya. Sebagian besar dari pasien itu kini harus hidup dengan menanggung efek dari aksi Fata.

Misalnya Geraldin Parkin, istri dari salah satu mantan pasien Fata yang dalam sidang menyebut, “banyak pasiennya yang menderita hingga akhir napas mereka.”

Ditangani, meski tak sakit.

Lain lagi kisah Robert Sobieray. Saat berobat ke Fata dia langsung ditangani dengan kemoterapi selama 2,5 tahun. Padahal Sobieray sama sekali tak mengidap kanker. “Saya langsung percaya saja padanya. Apa motivasinya? Mengapa, mengapa saya? Saya tak tahu apa yang pernah saya lakukan padanya,” kata Sobieray.  

Padahal kemoterapi sangat menyakitkan dan membuat Sobieray sangat kesakitan. Dosis yang diberikan Fata juga sangat tinggi sampai-sampai gigi Sobieray banyak yang tanggal dan bentuk rahangnya juga berubah.

“Dengan semua biaya yang menumpuk saya tak bisa mendapatkan gigi palsu,” kata Sobieray. “Saya ingin bisa makan enak lagi suatu saat nanti. Seperti salad, saya dulu suka salad, tapi sekarang saya tak bisa makan itu lagi. Saya tak lagi bisa makan makanan yang saya sukai.”

Patty Hester bertemu dengan Fata pada 2010 berdasarkan rekomendasi dokter lain. Karena kadar sel darah putihnya rendah dan Fata dikenal sebagai ahli hematologi dan onkologi. “Dia berdasarkan websitenya, dan selebaran yang diberikan adalah dokter yang terkenal di dunia. Saat datang ke ruang kerjanya dia berkesan dokter yang top,” kata Hester.

Hester yang bekerja sebagai tenaga kesehatan di ruang IGD saat itu sangat terpukul ketika Fata menyatakan dia mengidap myelodysplastic syndrome (MDS).

“Dia mengatakan ‘kamu harus segera menjalani kemoterami’,” kata Hester. Perempuan itu tak percaya, namun setelah berdebat dengan Fata dia menjalani terapi  dengan zat besi dan kemudian dengan terapi plasma darah.

Hester masih menjalankan terapi yang tergolong mahal itu ketika Fata ditangkap.
Padahal ternyata Hester juga tak mengidap kanker. “Dia mengambil keuntungan dari kepercayaan saya.”

Sejumlah pasien Fata memang mengidap berbagai jenis kanker.

Chris Sneary misalnya. Dia menemui Fata pada 2010 hingga 2013 karena masalah kanker testikular. Dia menjalani kemoterapi selama 40 hari, 14 hari terapi hidrasi dan puluhan terapi dan prosedur lain. “Saya dan keluarga memberikan kepercayaan penuh padanya, “ kata Sneary.

Namun yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan Sneary. Saat Fata ditahan, terbukti Sneary ternyata juga telah mendapatkan “pengobatan yang tidak diperlukan” — jauh lebih mahal, kemoterapi yang menyakitkan dan lebih buruk lagi, dia telah melakukan bedah pengangkatan testikel yang sebenarnya secara medis tak perlu dilakukan.

“Dr. Fata telah mengambil keuntungan dari kepercayaan saya padanya, ketakutan saya akan kematian dan lebih dari segalanya sebagian besar dari dana asuransi kesehatan saya,” kat Sneary sebagai saksi dalam sidang.  

Pasien lain yang juga adalah pengidap kanker yang bersaksi adalah istri dari Donald Crabtree, Marietta. Marietta membacakan pernyataan tertulis Crabtree yang telah meninggal dunia Desember lalu. “Tak ada satupun tumornya yang tertolong — jumlahnya malah semakin banyak, ukurannya juga semakin besar,” kata Marietta.

“Saya yakin Dr. Fata telah mengetahui kondisi saya dan dengan sengaja menangani kanker yang berbeda dengan memberikan kemoterapi yang salah.” Crabtree mengatakan harapannya menjelang meninggal adalah Fata bisa dihukum seumur hidup di penjara.

Sebelum hukuman dijatuhkan Fata sempat menghadapi para mantan pasiennya dan meminta maaf. “Perjalanan mencari kekuasaan telah merusak saya. Mereka datang kepada saya untuk mencari pengobatan dan kepedulian. Saya gagal. Ya, saya gagal.” (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER