Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sebuah percobaan selama empat bulan, terapi testosteron ternyata tidak meningkatkan masalah ejakulasi pada laki-laki dengan kadar testosteron rendah.
Dikutip dari Reuters, disfungsi seksual pada laki-laki umumnya dibagi menjadi tiga kategori, kata penulis penelitian Sheszad Basaria dari Rumah Sakit Perempuan di Boston, Amerika Serikat. Yaitu, disfungsi seksual karena masalah dengan libido, dengan ereksi, dan dengan ejakulasi.
Sepuluh sampai 20 persen laki-laki yang datang ke dokter melaporkan masalah seksual disfungsi ejakulasi, kata Basaria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Basaria dan koleganya mempelajari sekitar 76 laki-laki dengan gejala disfungsi ejakulasi, misalnya ejakulasi yang tertunda, ketidakmampuan untuk berejakulasi, volume ejakulasi yang berkurang, kekuatan ejakulasi yang berkurang.
Semua laki-laki tersebut memiliki kadar testosteron rendah atau disebut juga dengan 'low T'. Tidak satu pun dari mereka yang memiliki penyakit panggul atau riwayat kanker prostat, dan tidak satu pun yang menggunakan obat yang berpotensi memengaruhi fungsi ejakulasi mereka.
Lebih lanjut, tidak ada di antara peserta yang memiliki disfungsi ereksi yang cukup parah, kondisi di mana laki-laki kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Kesulitan ejakulasi dapat terjadi dengan atau tanpa disfungsi ereksi.
Sebagai percobaan, para peserta secara acak diberikan 60 miligram cairan testosteron dengan kadar dua persen, satu kali dalam sehari, atau mereka diberikan plasebo.
Selama empat bulan, para peserta laki-laki tersebut mengonsumsi obat, melakukan tes darah secara berkala untuk mengukur kadar testosteron, menyediakan sampel air mani secara berkala, dan setuju mencoba seks setidaknya empat kali dengan pasangannya setiap bulan.
Mereka juga melakukan semua aktivitas seksual termasuk masturbasi.
Pada akhi penelitian, peserta dalam kelompok terapi testosteron tidak mengalami peningkatan kadar hormon dalam darah mereka untuk kisaran yang diinginkan.
Namun, volume ejakulasi tidak meningkat baik pada peserta yang menjalani terapi testosteron atau pada kelompok plasebo, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal
Clinical Endocrinology and Metabolism ini.
“Pada beberapa pasien, disfungsi ejakulasi bisa disebabkan karena faktor psikologis,” kata Basaria. “Indikasi tersebut juga harus dieskplorasi dalam penelitian yang akan datang.”
Cairan testosteron tersedia di banyak negara, tapi seharusnya hanya digunakan di bawah instruksi dokter, ucapnya melanjutkan.
(win/mer)