Jakarta, CNN Indonesia -- Keguguran adalah pengalaman yang luar biasa buruk pada wanita. Tak jarang bisa mengakibatkan trauma berkepanjangan. Beruntung bagi mereka yang mengalaminya lalu sesegera mungkin mendapatkan penggantinya.
Seperti juga yang dialami pasangan bos Facebook, Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan saat mengumumkan berita gembira, kehamilan Chan. Saat itu Zuckerberg mengatakan kehamilan kali ini seperti pengobat duka akibat keguguran yang terjadi sebelumnya.
“Itu adalah pangalaman yang sepi. Sebagian besar orang tidak mendiskusikan tentang keguguran karena Anda khawatir, masalah Anda akan membuat Anda tersisih atau dianggap kesalahan Anda. Jadi Anda harus bertahan sendirian,” kata Zuckerberg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami berharap dengan membagi pengalaman kami bisa memberi harapan seperti yang kami rasakan kepada semua orang dan akan membantu lebih banyak orang merasa nyaman menceritakan tentang pengalamannya. “
Berdasarkan keterangan dr. Radhika Sanghani seperti dikutip Telegraph, berikut beberapa mitos dan fakta tentang keguguran. Meski memang diperkirakan di antara perempuan yang hamil, satu dari enam kehamilan akan berakhir dengan keguguran ada baiknya beberapa hal ini diperhatikan.
Awal tahun ini, jurnal Obstetrics and Gynecology melansir data bahwa sejumlah besar wanita punya anggapan yang salah tentang penyebab keguguran. Hal ini kemudian memunculkan perasaan bersalah dan malu ketika keguguran terjadi.
Namun situs NHS secara tegas menyebutkan bahwa peningkatakan risiko keguguran tidak ada hubungannya dengan “kondisi emosional ibu selama kehamilan, seperti misalnya stres dan derpresi.”
Elizabeth Duff, penasehat senior kebijakan kesehatan di Inggris mengatakan, “Hanya ada sangat sedikit bukti tentang hal itu. Jika wanita mengalami keguguran, lebih sering itu terjadi tanpa sebab yang spesifik.” Ini juga tak benar. “Umumnya aktivitas seperti mengangkat bedan berat, atau berdiri terlalu lama, tak ada hubungannya dengan risiko keguguran. Olah raga, atau apapun yang berhubungan dengan berjalan kaki dan mengangkat benda berat malah cukup baik untuk kehamilan asalkan dengan cara yang moderat.
“Sebagian dari mitos yang masih dipercaya orang tentang penyebab keguguran, mulai dari pil kontrasepsi, penyakit menular seksual, bertengkar, merokok, narkoba dan alkohol adalah faktor yang signifikan. Faktanya 60 persen keguguran disebabkan oleh masalah genetis,”kata Duff.
Sayangnya usia memang bisa berdampak pada kemungkinan keguguran. Meski hanya satu dari 10 kehamilan berakhir pada keguguran saat wanita berusia dibawah 30 tahun.
Angka itu akan meningkat dua kali lipat setiap 10 kehamilan pada wanita berusia 35-45 tahun, dan untuk perempuan diatas 45 tahun, lebih dari separuh kehamilan bisa berujung pada keguguran.
Tak selamanya kehamilan memang diharapkan. Namun Duff mengatakan bahwa wanita bisa bereaksi sangat berbeda-beda tentang keguguran dan tak ada satu jalan tunggal untuk mengatasinya.
“Tak pernah ada alasan untuk menyebut keguguran sebagai sesuatu yang baik-baik saja, baik Anda memang menginginkan bayi itu atau tidak. Semua perempuan melaporkan perasaan sedih setelah keguguran,” kata Duff.
Seperti yang diungkapkan Zuckerberg para suami juga merasakan kesedihan saat terjadi keguguran. Sebuah penelitian terbaru menyebut bahwa para pria yang istrinya baru saja mengalami keguguran aakan merasa lemah tak sangguk bicara tentang kehilangan mereka sendiri.
Perasaan ini adalah alami dan pasangan sudah seharusnya saling mendukung dalam proses ini. Lembaga Miscarriage Association pernah membuat kampanye berjudul ‘partners too’ untuk lebih memahami apa yang dialami para suami yang istrinya keguguran.
Profesor Lesley Regan, pimpinan Royal College of Obstetricians and Gynaecologists merekomendasikan para suami yang istrinya keguguran untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional, melakukan konseling dan mengikuti kelompok dukungan. Jangan khawatir, karena sebenarnya perempuan bisa langsung hamil sesegera mungkin setelah mengalami keguguran. Kehamilan bisa langsung dimulai begitu merasa gejala fisiknya sudah hilang dan si wanita sudah kembali menstuasi.
Satu kali keguguran tak selalu meningkatkan risiko keguguran berikutnya. “Untuk sebagian besar wanita bisa langsung mencoba hamil lagi sesegera mungkin. Dan mereka tetap akan mendapatkan kesempatan yang baik untuk hamil lagi. Jika keguguran terjadi lagi, sebaiknya dilakukan penelitian medis yang mendalam untuk mencari sebabnya.”
Sekitar satu dari 100 perempuan memang mengalami keguguran berulang. Menurut data NHS, lebih dari 60 persen dari wanita yang mengalami keguguran, bisa hamil lagi di kemudian hari. Hal paling penting dalam masalah kehamilan dan keguguran adalah bahwa wanita jangan sampai merasa berasalah atau percaya bahwa keguguran terjadi akibat sesuatu yang dilakukannya, dirasakannya atau diyakininya.
Duff menekankan pengalaman ini seharusnya berusaha dijalani saja oleh wanita. “Jangan merasa bersalah atau merasa gagal. Keguguran bukanlah sesuatu yang disebabkan oleh sesuatu yang Anda lakukan.”