Jakarta, CNN Indonesia -- Jemaat haji lansia dan jemaah dengan penyakit berisiko tinggi dianjurkan untuk menjaga tingkat hidrasinya selama menjalani ibadah haji di Tanah Suci. Minimal enam bulan sebelum keberangkatan, jemaah harus sudah membiasakan pola hidup bersih dan sehat, serta minum air mineral secara teratur.
"Memang harus terbiasa minum. Tidak usah dengan perasaan minumnya, tapi lakukan karena keharusan. Air yang tersedia di sana itu diutamakan karena lebih mudah terjangkau," tutur dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD., K-Ger dalam jumpa pers peluncuran buku "Pedoman Hidrasi Saat Haji & Umroh," di DoubleTree Hotel, Menteng, Jakarta, Rabu (19/8).
Lebih lanjut, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, DR. Dr. Fidiansyah, Sp. KJ., MPH, menganjurkan agar jemaah tidak ragu meminum air yang telah disediakan, termasuk air zam-zam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fidi menyatakan bahwa titik-titik air tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi belajar dari pengalaman tahun 2014, di mana titik air di Arafah tak dibuka sebelum puncak wukuf.
"Begitu masuk masjid saja sudah ada botol air zam zam berderet. Kita tinggal mengambil saja, jangan malu. Tahun lalu kan kami terlena, sebelum wukuf puncak kami tak buka dan suhunya ekstrem sekali. Tahun ini kami buka,” kata Fidi.
"Jadi jadwalnya setiap makan dua botol total minimal enam, belum lagi ada drum-drum di sekitarnya. Dari kejadian kemarin itu juga kami belajar.”
Menurut perwakilan Tim Penyusun Pedoman Hidrasi Saat Haji & Umroh, dr. Agung Frijanto, Sp. KJ, salah satu penyebab dehidrasi adalah perilaku jemaah lansia dan jemaah dengan penyakit berisiko tinggi yang tak terbiasa mengonsumsi air mineral.
"Pendekatannya kami mencoba melalui tokoh agama yang ada di rombongan. Salah satu faktor yang membuat jemaah termotivasi adalah anjuran pimpinan regunya. Kami juga tahun kemarin mendorong gerakan mengonsumsi zam zam dan kurma karena mineralnya tinggi. Biasanya kami anjurkan 8 kali 300 cc per kilogram berat badan, plus tiga kali lagi saat makan," kata Agung menjelaskan.
Menanggapi hal tersebut, Fidi menyebut bahwa di tahun 2015, jemaah akan dibekali semprotan multifungsi. Metode ini ditempuh untuk mengurangi angka dehidrasi jemaah sebanyak 50 persen dari 112 jemaah selama pra dan pasca Armina tahun lalu.
"Kami bekali semprotan, bisa diisi air dan airnya bisa diminum. Bisa disemprot ke wajah atau kepala. Fungsi kedua untuk minum. Yang ketiga, kalau toilet antre, bisa untuk wudu," tutur Fidi.
(mer)