Jakarta, CNN Indonesia -- Tabuhan drum dan perkusi merupakan elemen dari kebudayaan manusia yang sudah mengiringi kehidupan makhluk hidup, bahkan sejak zaman pra-sejarah. Dari kulit hewan yang diregangkan di antara pohon hingga drum modern, alat tabuh tetap memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Bagi suku pedalaman, genderang tribal memiliki makna yang begitu sakral. Seorang suci dari Oglala Sioux di Dakota, Black Elk, pun menuturkan arti tabuhan drum sebagai satu-satunya instrumen musik dalam ritual suci sukunya.
"Saya harus menjelaskan kepada Anda mengapa ini sangat sakral dan penting bagi kami. Ini karena pola berulang dari drum mewakili keseluruhan alam semesta. Ketukan kuatnya adalah nadi, jantung, berdenyut di tengah semesta. Itu adalah suara dari Wakan Tanka (Roh Tuhan) dan suara itu memimpin dan membantu kami mengerti misteri dan kekuatan dari segala hal," ujar Black Elk seperti dikutip reset.me.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sembarang berucap, pernyataan Black Elk ternyata juga diamini oleh para ahli antropologi. Tabuhan drum dan perkusi diakui dapat memberikan efek kesadaran tertentu ketika dilakukan dalam upacara khusus.
"Meskipun penggunaan obat-obatan halusinogen seperti ayahausca sudah sering ditemukan, banyak budaya menggunakan ritme repetitif untuk menciptakan tingkatan tersebut. Suku Ojibwe Wanbeno, misalnya, menggunakan tabuhan genderang, teriakan, nyanyian, tarian bugil, dan mengacungkan obor. Drum adalah cara efektif untuk memproduksi fokus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan ketukan drum memperlambat otak dan memasuki tingkat tidak sadar," kata peneliti dan pengarang buku The Intention Experiment, Lynne McTaggart.
Lebih jauh, petinggi Badan Kesehatan Nasional Amerika Serikat, Sayer Ji, memaparkan bahwa tabuhan drum memang sudah menjadi bagian hidup manusia sejak lahir.
"Pengalaman tersebut sangat berhubungan dengan sistem biologis, sosial, dan DNA spiritual yang bahkan anak usia 2,5 tahun pun dilahirkan dengan kemampuan untuk sinkronisasi gerakan tubuh dengan ketikan akustik eksternal ketika dihubungan dengan konteks sosial. Hal ini menunjukkan bahwa drum adalah kemampuan sejak lahir dan pola dasar aktivitas sosial," tutur Ji.
Dalam beberapa penelitian lainnya, para ilmuwan juga sudah menemukan bahwa tabuhan drum sangat berhubungan sengan kesehatan emosional seseorang. Berikut beberapa manfaat tabuhan drum bagi kesehatan seperti dilansir reset.me.
Dalam lingkungan dengan pola kerja jam 9 pagi hingga 5 sore, kata stres sangat mudah terlontar. Para peneliti dari Meadville Medical Center’s Mind-Body Wellness Center lantas mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan cara ampuh untuk mengurangi stres dan meningkatkan imunitas, yaitu bermain drum.
Penelitian tersebut melibatkan 111 responden dengan rentang umur tertentu, terdiri dari 55 pria dan 56 perempuan. Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu yang bermain drum dan tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang memainkan drum tingkat imunitasnya melonjak seiring meningkatnya aktivitas sel natural killer (NK) dan sel lymphokine-activated killer. Selain itu, hormon stres, kortisol, juga menurun.
"Pola drum sudah menjadi bagian ritual penyembuhan dalam banyak kebudayaan di seluruh pelosok dunia sejak masa lampau," demikian kutipan hasil penelitian tersebut.
Melakukan aktivitas fisik yang begitu teratur dan keras kerap kali justru menimbulkan risiko tertentu bagi beberapa kalangan, terutama lanjut usia. Namun, Journal of Cardiovascular Medicine melansir hasil penelitian yang menguak keuntungan dari bermain perkusi djembe.
Berbeda dengan aktivitas fisik lainnya, bermain drum dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular tanpa risiko bagi lansia.
Tak hanya itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa bermain drum dapat menurunkan tingkat stres dan kegelisahan pada usia paruh baya dan remaja.
"Penekanan pada tabuhan drum repetitif yang dikombinasikan dengan instruksi sehingga menciptakan petualangan magis berkaitan erat dengan efek psikologis dan terapeutik," demikian kutipan hasil penelitian dari University of Austria pada 2014 lalu.
Dalam studi tersebut memang terkuak fakta bahwa permainan drum yang repetitif dengan instruksi tetap dapat membuat seseorang merasakan kekuatan, menurunkan detak jantung, dan menikmati pengalaman seperti mimpi.
Penelitian ini juga kembali menguatkan argumen bahwa bermain drum dapat menurunkan kadar hormon stres kortisol dalam tubuh manusia.
Pada 2014, sekelompok ahli terapeutik tengah mencari metode baru untuk mengobati pasien pengidap penyakit Huntington. Mereka pun mencoba hal baru, yaitu latihan drum dan ritme bagi para pasien.
Setelah dua bulan, ditemukan peningkatan fungsi eksekutif dan perubahan mikrostruktur materi putih pada otak.
Pada remaja dengan masalah sosial dan emosional hingga menyebabkan stres kronis, bermain drum dapat menjadi obat.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine pada 2001, para peneliti memaparkan bahwa bermain drum secara berkelompok dapat berdampak baik bagi remaja berpendapatan rendah.
"Bermain drum adalah aktivitas universal non-verbal yang dilakukan dalam aspek kolektif di keberagaman budaya dan tidak menonjolkan stigma terapi," demikian kutipan penelitian tersebut.
Setelah 12 pekan penelitian, para ilmuwan pun menemukan bahwa bermain drum dapat mengobati kegelisahan dan PTSD. "Penelitian ini menggarisbawahi nilai potensial dari kesenian sebagai alat terapeutik," kata peneliti dan jurnal tersebut.