Jatuh Bangun ODHA dan Mimpi Memiliki Keturunan

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 01 Des 2016 17:36 WIB
Sekalipun kasus HIV/AIDS dianggap 'mimpi buruk' oleh sebagian masyarakat, toh tidak menyurutkan semangat ODHA untuk memiliki keturunan.
Sekalipun kasus HIV/AIDS dianggap 'mimpi buruk' oleh sebagian masyarakat, toh tidak menyurutkan semangat ODHA untuk memiliki keturunan. (GGOMANG/Pixabay)
Berkebalikan dengan Ayu, Wahyu sudah menggunakan putau sejak SMA pada 1998 hingga akhirnya memutuskan berhenti pada 2005 lantaran jenuh.

Namun alih-alih datang ke dokter atau panti rehabilitisasi, ia memilih jalan sendiri menghentikan kecanduan napza dengan cara suntik tersebut.

Dengan segala daya upaya Wahyu menekan keinginan mengonsumsi putau. Ia bergabung dengan tim basket di kampusnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga tidak memberi tahu kedua orang tuanya tentang kondisinya. Bahkan saat sakau dan dibawa ke rumah sakit, dokter yang memeriksanya mengira ia hanya menderita maag.

Upayanya terbilang suskes. Wahyu berhenti dari kecanduan narkoba. Ia melanjutkan hidup dengan bekerja di sebuah perkebunan di Kalimantan. Dan pada masa itu lah, ia mendengar satu per satu kawan suntik saat masa lalu meninggal karena AIDS.

Suatu kali pada 2008, kondisi fisik Wahyu mendadak turun drastis. Ia mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya hingga koma saat dibawa ke rumah sakit di Tanah Borneo. Dan saat itulah, rahasia Wahyu diketahui kedua orang tuanya.

"Saya menderita diare, toksoplasma, kanididiasis atau peradangan jamur di kulit, dan hepatitis C. Saya dirujuk untuk periksa HIV dan saat itu orang tua saya kaget mengetahui saya dahulu pengguna jarum suntik," kata Wahyu.

"Saya mau marah sama siapa? Saya sedih, namun saya tidak ingin terlihat oleh orang tua saya. Saya malu kepada mereka. Orang tua saya menangis, dan mau tidak mau saya berusaha tegar. Saat itu jadi titik balik saya mendekat kepada Tuhan," lanjut Wahyu.

Olahraga menjadi sarana Wahyu memotivasi diri sendiri untuk bangkit. Ia pun mulai mengikuti berbagai kegiatan sosial dibanding hanya berdiam diri di rumah. Namun seperti ODHA lainnya, diskriminasi pun dirasakan Wahyu, bahkan datang dari keluarga intinya sendiri.

"Saya tidak diperbolehkan dekat dengan keponakan, sedangkan saya sangat sayang kepada mereka. Piring dan peralatan saya dibedakan. Saya mau marah tidak bisa, bagaimana pun mereka keluarga saya," kata Wahyu.

Lambat laun, diskriminasi dalam keluarga menurun seiring Wahyu menemukan kegiatan positif lain seperti membantu ODHA lain. Dan pada masa-masa produktif itulah, jodoh Wahyu datang.

Wahyu bertemu dan berkenalan dengan seorang wanita yang juga sebagai aktivis HIV/AIDS. Status HIV positif yang disandang Wahyu tak menyurutkan penerimaan sang wanita yang berstatus HIV negatif. Lamaran Wahyu diterima dengan terbuka.

Seperti pasangan lain, Wahyu dan istri ingin memiliki keturunan. Dengan bantuan prosedur medis oleh tim dokter dan kepatuhan Wahyu menjaga kondisi kesehatan fisik dia dan sang istri, keduanya berhasil memiliki keturunan.

Wahyu dan istri kini telah memiliki dua anak. Dan kedua anak serta sang istrinya berstatus HIV negatif.

"Saya menikmati semua prosesnya saja, saya juga terbuka kepada dokter karena nyaman dan daripada saya hanya diam," kata Wahyu. "Alhamdulillah saat ini semua sehat. Saya ikuti prosedur yang ada, selalu cek HIV. Anak saya pun negatif, menurut saya bila ibunya negatif maka anaknya pasti negatif, yang penting itu."

Namun bukan berarti Wahyu dapat bernapas lega. Ia sadar suatu kali nanti kedua anaknya akan bertanya mengapa ia selalu minum obat tertentu secara rutin. Wahyu tahu, suatu kali nanti saat kedua anaknya sudah dapat berpikir dengan baik ia akan menceritakan semuanya.

"Termasuk penggunaan napza juga akan saya kasih tahu, juga soal berhubungan di luar nikah. Saya sebagai orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik buat anak saya," kata Wahyu.

Kini, Wahyu masih tetap memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada orang-orang berisiko atau sesama ODHA. Ia tahu belum semua masyarakat paham bagaimana menerima posisi ODHA di tengah-tengah mereka.

Namun menurut Wahyu, bersama para penggiat HIV/AIDS lain, ia ingin terus berusaha menurunkan angka diskriminasi, ketidakpahaman, stigma, angka kelahiran infeksi, dan infeksi baru hingga sekecil mungkin menyentuh titik nol.

"Saya alhamdulillah masih sehat," kata Wahyu. "Tes CD4 saya pun di atas 700, virus tidak terdeteksi. Yang ke-dua, saya tidak pakai narkoba lagi dan gaya hidup saya lebih sehat." (vga/vga)

HALAMAN:
1 2 3 4
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER