Kegalauan dan Harapan Tak Terucap Ibu Pekerja

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 21:22 WIB
Sebagian ibu harus membagi 24 jam dalam sehari untuk bekerja, jauh dari anak. Dalam hati, mereka menyimpan kegalauan dan harapan.
Sebagian ibu harus membagi 24 jam dalam sehari untuk bekerja, jauh dari anak. Dalam hati, mereka menyimpan kegalauan dan harapan. (Thinkstock/Digital Vision)
Tidak pernah terpikirkan oleh Widha Rukmi, ia akan segera hamil dua pekan setelah melangsungkan pernikahan. Di usia 25, kini ia sudah menggendong seorang bayi tiga bulan.

Keinginan mundur dari jabatan staf marketing dan menjadi ibu rumah tangga sempat terlintas dalam benak Widha. Apalagi ketika teman-teman sebayanya memilih menjadi ibu rumah tangga dibanding ibu pekerja.

"Tapi saya kan kerja juga demi pendidikan anak, demi masa depan anak. Jujur saya galau tidak bisa sering bersama anak bila bekerja, tapi di sisi lain kalau tidak bekerja ya repot juga," kata Widha.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski baru masuk kembali kerja sepekan, Widha sudah mengalami beragam drama. Ia bahkan sempat melakukan simulasi untuk melihat reaksi anaknya saat ia pergi. Beruntung, lama-lama sang buah hati tampaknya mengerti Widha pergi kerja untuk masa depannya.

Menjadi ibu pertama kali di usia yang masih tergolong muda adalah sebuah pembelajaran besar bagi Widha. Ia pun selalu mengingatkan diri sendiri bahwa tujuan dia bekerja adalah untuk anak.

"Segala perasaan campur aduk. Sedih karena harus meninggalkan dia untuk kerja, namun senang karena dia mau mengerti. Hati saya remuk melihat dia nangis kejer karena saya tidak ada di sampingnya," kata Widha.

"Saat masuk kerja pun, tetap banyak dramanya. Hari pertama kerja, yang ikut bantu justru pulang kampung. Jadinya saya bangun pagi, nyetrika, mandiin, makan, beri ASI sebentar lalu berangkat. Pulangnya, beri ASI lalu bersih-bersih, terus ya kadang terbangun tengah malam untuk ganti popok, dan lain-lain," lanjutnya.

"Namun bahagia sih, apalagi saat pulang kerja bertemu anak, capek langsung hilang. Tidak ada rasa lelah sama sekali melihat anak senyum," kata Widha.

Meski saat ini memilih menjadi ibu pekerja, Widha menilai baik ibu rumah tangga ataupun pekerja sama-sama memiliki pekerjaan berat dalam mengurus keluarga dan anak. Mereka juga harus dapat mengerjakan beragam hal secara bersamaan dan dituntut selalu ada untuk keluarga.

Walau masih balita, Widha pun memiliki harapan bagi sang anak. Tersimpan dalam hati, Widha, dan para ibu di luar sana selalu berdoa untuk anak mereka agar memiliki masa depan yang lebih baik dari orang tua mereka.

"Tidak banyak yang kami pinta nak, hanya berjuang apa untuk apa yang kalian ingin capai dan selalu menjadi orang yang bertanggung jawab. Ibu tahu, lelaki kadang suka bandel. Namun jagalah hatimu, jangan terlalu meninggi. Ingatlah pada sesama. Selalu ajarkan kami, orang tuamu, agar bisa selalu lebih baik lagi,"

"Maaf kalau kami belum bisa memberikan yang terbaik, tapi kami akan selalu berusaha demi kamu, demi masa depan kamu. Grow healthy kiddo, keep happy, always inspiring us. Love you in my deepest heart, now I know what love before met someone, and it's you kid."

(vga/vga)

HALAMAN:
1 2 3 4
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER