Jakarta, CNN Indonesia -- Belum lama ini netizen dihebohkan dengan video seorang wanita yang berbelanja dengan hanya mengenakan celana dalam. Tak hanya itu, pada video berikutnya, diduga wanita yang sama, memperlihatkan ia berjalan dengan santai di trotoar dan hanya mengenakan bra.
Ada banyak kemungkinan soal hal-hal yang terjadi pada wanita ini. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian psikiater Theresia Citraningtyas. Ketika orang mempersoalkan apa yang terjadi pada wanita ini, ia justru mempertanyakan respons orang sekitar wanita dalam video tersebut. Dalam video memang tidak nampak reaksi berarti dari orang sekitar kecuali hanya menjadi penonton.
"Orang-orang jadi penonton, seperti
voyeurism, mereka menonton,
divideo-in, lalu ada yang berkomentar, tapi
nggak ada yang
care. Ada saksi yang bilang bahwa dia kelihatan menangis, mungkin dia butuh sesuatu. (Daripada jadi penonton) sebenarnya kita bisa bantu
lho," kata Citra saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (5/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citra menuturkan orang perlu meningkatkan kesadaran untuk mau peduli. Jadi, lanjutnya, mungkin perlu dibayangkan bila hal serupa terjadi pada anggota keluarga. Tentu kita tak akan tinggal diam. Wanita itu perlu didekati, ditanya, dan jika perlu diajak berobat atau dirujuk ke psikiater.
Jika mau ditelusur, memang sebaiknya ada pemeriksaan terhadap wanita tersebut. Namun, jika hanya bermodalkan video yang beredar, Citra mengatakan ada sekian kemungkinan yang terjadi pada wanita tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan ini antara lain ia menderita gangguan realita yakni ketidaksesuaian perilaku dengan realita, mengidap bipolar dan sedang berada dalam fase manic. Pada fase manic atau mania, pengidap bipolar akan menjadi sangat aktif, penuh energi, dan ada pula yang menjadi hiperseksual.
"Ternyata ia dalam kondisi gangguan mood. Saat mood-nya kembali, nanti bisa muncul masalah dengan relasi, keluarga, jadi kita mustinya melindungi," kata Citra.
Kemungkinan lainnya, eksibisionis atau dengan sengaja memperlihatkan bagian tubuh yang tabu untuk diperlihatkan dan memperoleh kesenangan dari kegiatan ini. Biasanya pengidap eksibisionis punya target, misal remaja atau anak sekolah.
"Selain itu mungkin ia mengidap gangguan kepribadian, bisa juga ia di bawah pengaruh zat tertentu, atau ia menganut nudism atau naturalisme di mana ia percaya bahwa lebih bagus kalau orang itu natural misal tanpa busana, tapi ini tak dilakukan di tempat umum. Terakhir, ada unsur sosial," ujarnya.
Ia menjelaskan, unsur sosial ini artinya ada paksaan dari pihak lain sehingga mau tidak mau ia menanggalkan busana kemudian pergi belanja dan jalan-jalan.
"Bisa nggak kita empati dengan orang,
nggak menghakimi tapi
reach out untuk membantu. Saya yakin society bisa beda kalau kita mau
care," pungkasnya.
(rah)