14.00 - Jalan Jaksa
Siang itu saya sengaja mengarahkan kendaraan ke Jalan Jaksa karena berniat mengamati hiruk pikuknya, namun ternyata kondisi jalanan tersendat. Dari gerbang masuk kawasan Jalan Jaksa, kemacetan sudah terjadi.
Awalnya saya berniat untuk mencari makan di pinggiran namun apa daya, matahari sangat congkak hari itu. Saya pun memutuskan untuk masuk ke dalam Memories Cafe, ikon Jalan Jaksa yang di ambang masa penghabisan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat spanduk bertuliskan 'Rumah dan Tanah ini Dijual' selera makan saya menjadi berkurang, yang tadinya niat memesan beberapa menu untuk makan siang akhirnya berujung pada mie goreng dan minuman berkarbonasi.
16.00 - Gambir
Sembari menunggu momen matahari terbenam, saya putuskan untuk menuju Stasiun Gambir. Setelah memarkir kendaraan di area parkir stasiun, saya berjalan kaki ke arah Galeri Nasional, Gereja Immanuel, dan berakhir di Lapangan Banteng.
Sambil berjalan saya amati bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda itu, pertanyaan dalam benak saya berhenti di persoalan "Seperti apa rupa Gambir sebelum terjamah pembangunan dan menjelma sebagai kawasan pusat pemerintahan?" Mungkin saja macan dan buaya masih menjadi jagoan sekitar yang disegani oleh semua makhluk.
Membayangkan ada sebuah villa di kawasan ini, bisa dipastikan kalau Gambir jauh dari paparan polusi.
Foto aerial rangkaian kereta rel listrik Commuter Line melaju di Stasiun Gambir dengan latar belakang deretan gedung bertingkat di Jakarta. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu) |
19.00 - Bakmi Roxy
Setelah cukup lelah berjalan kaki di kawasan Gambir, saya memutuskan untuk makan di Bakmi Roxy di Jalan Sabang.
Meskipun terkenal sebagai pusat sate dan nasi goreng, tapi saya tidak terlalu menyukai kedua makanan itu kecuali jika terpaksa.
Bakmi Roxy berada persis di seberang Saudagar Kopi, setelah melewati kepulan asap yag dihasilkan oleh beberapa gerobak sate akhirnya saya bisa tiba di Bakmi Roxy dengan sedikit aroma daging ayam dan kambing terpanggang.
Saya memesan seporsi kwetiaw pangsit dan bakso sapi kuah. Saya tidak merasakan ada yang istimewa di tempat ini, sebenarnya setelah melihat tekstur bakso saya agak sedikit berharap terhadap rasanya namun pada akhirnya tidak memenuhi ekspektasi.
20.00 - Memories Cafe
Perjalanan hari ini saya akhiri di Memories Cafe, yang tadi siang saya kunjungi untuk makan siang. Namun malam itu hanya terlihat satu orang WNA saja, sisanya wajah-wajah lokal.
Hanya ada sekitar 10 orang di tempat itu. Saya beruntung bisa bertemu dengan pemilik Memories cafe dan bercerita panjang lebar tentang sejarah jalan jaksa hingga persoalan politik.
Dua botol bir ukuran besar pun kandas sebagai pengiring obrolan kami. Lagu 'Hotel California' milik Eagles mengiringi langkah kaki saya keluar dari kafe tertua di Jalan Jaksa itu.
 Ruangan bagian dalam Memories Cafe. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
(ard)