Jakarta, CNN Indonesia -- Waspada parasit
malaria resisten obat menghampiri
Asia Tenggara secara agresif. Resistensi disebabkan oleh tingkat kegagalan pengobatan utama yang sangat tinggi.
Studi ganda yang diterbitkan dalam jurnal
The Lancet Infectious Diseases mengungkapkan, parasit telah menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Melansir
AFP, sebanyak 80 persen parasit yang paling banyak menyerang saat ini dinyatakan kebal terhadap obat.
Di antaranya adalah parasit
Plasmodium falciparum. Infeksi parasit ini berisiko tinggi menimbulkan kematian. Parasit ini dinyatakan kebal terhadap salah satu kombinasi obat 'terobosan baru' dan yang disebut-sebut paling ampuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan ini juga menunjukkan bahwa resistensi parasit telah memburuk di Asia Tenggara sejak 2015," ujar pemimpin penelitian, Olivo Miotto dari Oxford University.
Miotto mengatakan, parasit malaria resisten ini tak menutup kemungkinan menginvasi wilayah lain dan memperoleh sifat genetis baru.
Kombinasi obat yang dikenal dengan DHA-PPQ mulanya efektif melawan parasit. Namun, efektivitas itu terjamin saat tanda resistensi belum muncul pada 2013 lalu.
DHA-PPQ diketahui mengalami kegagalan mencapai 53 persen di barat daya Vietnam dan 87 persen di timur laut Thailand.
Sebanyak lebih dari 200 juta orang terinfeksi parasit
Plasmodium falciparum. Parasit ini menyumbang 9 dari 10 kematian secara global.
Resistensi serupa pernah terjadi pada 1980-an. Obat racikan lama, Kloroquin, tak ampuh melawan parasit dan menyebabkan jutaan kematian di seluruh Afrika.
Belum Menyebar ke IndonesiaKendati parasit disebut telah menyebar ke Asia Tenggara, namun kasus ini tak sampai ke Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
"Ada banyak faktor terkait terjadinya resistensi, seperti pengobatan yang tidak standar, tidak teratur, pasien tidak minum obat lengkap, dan adanya obat malaria yang dijual bebas," kata Nadia saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (24/7).
Nadia mengatakan, pihak Kemenkes akan tetap mengantisipasi kemungkinan menyebarkan parasit malaria resisten. Kemenkes akan melakukan monitoring resistensi terhadap obat anti-malaria (OAM). Kemenkes juga menjamin, obat malaria tak akan dijual bebas. Obat hanya bisa didapat melalui puskesmas dan rumah sakit.
[Gambas:Video CNN] (asr)