Jakarta, CNN Indonesia --
New normal alias adaptasi kebiasaan baru memaksa sejumlah restoran untuk mengadaptasi protokol kesehatan demi pencegahan infeksi virus corona.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mengeluarkan panduan khusus untuk industri restoran melalui buku pegangan berjudul Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Restoran/Rumah Makan.
Selain itu, Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) juga meluncurkan panduan pelayanan bidang makanan dan minuman selama new normal demi membangkitkan kembali usaha ini. Panduan ini berisi ketentuan khusus yang wajib ditaati selain protokol umum seperti memakai masker, memastikan kebersihan tangan dan mengecek kondisi kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNNIndonesia.com mencoba melihat situasi dan penerapan protokol kesehatan new normal di beberapa restoran Jakarta dan sekitarnya, dengan menerapkan protokol kesehatan diri seperti memakai masker, membawa hand sanitizer dan mencuci tangan sebelum makan serta tak berkerumun.
1. Rumah Makan Padang, Kemang
Restoran Pagi Sore Kemang. Restoran dengan sajian khas Padang ini pun musti beradaptasi termasuk mengeliminasi cara penyajiannya yang khas.
Biasanya, Anda cukup duduk dan menunggu pelayan membawa piring-piring berisi lauk dan sayur. Dengan cekatan, seorang pelayan pria mampu membawa tumpukan piring di kedua tangannya. Ini kerap jadi atraksi tersendiri. Namun, Anda tidak akan menemuinya untuk masa-masa sekarang.
Saat akan masuk restoran, pelayan akan mengecek suhu badan. Jika Anda bersantap di tempat, pelayan akan membimbing Anda memilih menu makanan. Restoran menyediakan lapak tersendiri berisi jajaran sayur dan lauk. Lapak diberi batas berupa mika untuk menjaga kebersihan makanan. Anda bisa menentukan penyajian berupa rames yakni disatukan dalam satu piring atau dipisah yakni masing-masing item makanan dipisah dalam wadah berbeda, namun hanya pesanan Anda saja, bukan dihidang seperti biasa.
Para pelayan menggunakan masker dan sarung tangan ketika melayani pembeli.
Kemudian Anda pun cukup duduk manis menunggu pesanan. Meski jam makan siang, suasana di restoran pada Kamis (16/7) terlihat lengang. Menurut salah satu pelayan, kapasitas restoran sudah dikurangi setengahnya. Meja-meja yang biasanya menampung enam orang dikurangi menjadi tinggal empat orang untuk menjaga jarak fisik. Namun meja untuk dua orang tidak dikurangi karena jarak fisik masih terbilang aman.
Tak ada yang berubah dalam penyajian makanan. Sendok dan garpu diberikan seperti biasa. Piring dan gelas yang digunakan merupakan piring keramik seperti biasa.
Penyajian menu yang dipesan dibarengi dengan sajian makanan penutup yang bisa Anda pilih sesuai selera. Barangkali restoran tetap ingin menyisakan kekhasannya. Ini terasa saat pembayaran makanan, sang pelayan akan bertandang ke meja sembari menjinjing tablet. Ia pun memastikan menu yang Anda santap semisal rendang, satu jenis makanan penutup, air mineral dan teh.
Sedangkan jika Anda ingin pesanan dibawa pulang, ini tidak jauh berbeda seperti biasanya. Makanan dibungkus tetapi plastik pembungkus tidak diikat kabel tis (cable ties) seperti saat Anda memesan makanan via ojek daring.
2. Restoran makanan cepat saji, Jakarta Timur
Tak ada yang mengecek suhu tubuh Anda di depan pintu masuk restoran cepat saji ini. Anda bisa dengan bebas masuk untuk mengantre langsung di kasir. Tak ada hand sanitizer atau tempat cuci tangan di depan restoran dan Anda masih harus membuka pintu kaca secara manual.
Ketika dine-in atau makan di tempat, restoran cepat saji biasanya menggunakan 'piring' box kertas dan nampan plastik untuk dibawa ke meja. Namun di masa sekarang ini, restoran tersebut tak lagi menyediakan nampan untuk dibawa ke meja.
Sekalipun dine-in, semua akan diperlakukan seperti orang yang ingin take-away. Mereka akan membungkus semua makanan dalam paper bag dan membungkusnya dalam kantong plastik. Padahal sebenarnya, kantong plastik tidak diperlukan. Paper bag saja sudah cukup.
Pramusaji juga menggunakan masker saat menyajikan makanan.
Meja-meja ini juga sudah diatur dan maksimal untuk 4 orang satu meja. Di meja juga terdapat tulisan untuk tak boleh memindahkan kursi dan meja ke tempat lain.
Sayangnya, tempatnya yang kecil membuat jarak antar meja masih terlihat kecil dan sempit.
3. Gerai kopi, Tangerang Selatan
Gerai kopi waralaba menerapkan aturan untuk physical distancing dengan memberikan stiker batas di lantai.
Di depan pintu tersedia hand sanitizer yang bisa dipakai untuk membersihkan tangan. Anda juga tak perlu membuka pintu kaca secara manual karena ada petugas yang akan membukakan pintu.
Saat memesan Anda juga akan melihat pramusaji memakai masker dan juga sarung tangan.
Di sini semua minuman juga disajikan menggunakan cup kertas dan sedotan kertas. Tak ada botol minum pribadi atau tumbler yang bisa dipakai untuk memesan minuman.
Gelas keramik dan piring keramik untuk kue juga tidak digunakan sementara.
4. Warteg, Pancoran
Protokol kesehatan seperti ini tidak ditemui di warung makan sekelas warteg. Setidaknya warteg di kawasan Cikoko, Pancoran, salah satu warteg membuka layanan makan di lokasi jauh sebelum ada aturan pembukaan sejumlah tempat umum.
Di depan warteg, tersedia tempat cuci tangan sederhana. Dispenser bekas sebagai wadah air dan sabun disediakan tetapi tidak semua orang mencuci tangan. Hanya mereka yang makan di lokasi yang menerapkan cuci tangan selebihnya mereka yang membawa pulang makanannya cukup masuk, pesan, bayar lalu pulang. Sudah pasti tidak ada pengecekan suhu badan dengan termometer tembak.
Saat diamati, rata-rata pengunjung warteg mengenakan masker tetapi tidak dengan penjaga wartegnya. Mereka melayani pelanggan seperti biasa mulai dari menanyakan pilihan lauk dan sayur lalu menyodorkan pada pelanggan.
Bagaimana dengan jarak fisik? Tidak banyak orang yang makan di tempat. Namun agak sulit untuk menjaga jarak pasalnya meja tidak seberapa besar dan kadang pelanggan makan di depan etalase kaca berisi menu makanan.
5. Restoran di Bogor
Protokol kesehatan yang dilakukan di restoran adalah dengan membatasi jumlah kursi 50 persen dari kapasitas tempat duduk yang ada. Karyawan juga diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri seperti masker, penutup mulut plastik, face shield, dan sarung tangan.
Jarak fisik diterapkan dengan menempatkan figur aksi yang unik dan ditempatkan di tempat yang 'terlarang' untuk diduduki.
Restoran juga menyediakan hand sanitizer di depan. Sedangkan di bagian dalam disediakan tempat cuci tangan dan sabun.
Pemantauan suhu tubuh dengan pengecekan menggunakan termometer dilakukan sebelum orang masuk ke restoran.
Restoran mengklaim melakukan pembersihan secara rutin menggunakan desinfektan.