Gerai kopi waralaba menerapkan aturan untuk physical distancing dengan memberikan stiker batas di lantai.
Di depan pintu tersedia hand sanitizer yang bisa dipakai untuk membersihkan tangan. Anda juga tak perlu membuka pintu kaca secara manual karena ada petugas yang akan membukakan pintu.
Saat memesan Anda juga akan melihat pramusaji memakai masker dan juga sarung tangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sini semua minuman juga disajikan menggunakan cup kertas dan sedotan kertas. Tak ada botol minum pribadi atau tumbler yang bisa dipakai untuk memesan minuman.
Gelas keramik dan piring keramik untuk kue juga tidak digunakan sementara.
Protokol kesehatan seperti ini tidak ditemui di warung makan sekelas warteg. Setidaknya warteg di kawasan Cikoko, Pancoran, salah satu warteg membuka layanan makan di lokasi jauh sebelum ada aturan pembukaan sejumlah tempat umum.
Di depan warteg, tersedia tempat cuci tangan sederhana. Dispenser bekas sebagai wadah air dan sabun disediakan tetapi tidak semua orang mencuci tangan. Hanya mereka yang makan di lokasi yang menerapkan cuci tangan selebihnya mereka yang membawa pulang makanannya cukup masuk, pesan, bayar lalu pulang. Sudah pasti tidak ada pengecekan suhu badan dengan termometer tembak.
Saat diamati, rata-rata pengunjung warteg mengenakan masker tetapi tidak dengan penjaga wartegnya. Mereka melayani pelanggan seperti biasa mulai dari menanyakan pilihan lauk dan sayur lalu menyodorkan pada pelanggan.
Bagaimana dengan jarak fisik? Tidak banyak orang yang makan di tempat. Namun agak sulit untuk menjaga jarak pasalnya meja tidak seberapa besar dan kadang pelanggan makan di depan etalase kaca berisi menu makanan.