HARI ANAK NASIONAL

Orang Tua Tak Boleh Luput Menjaga Kesehatan Mental Anak

CNN Indonesia
Kamis, 23 Jul 2020 19:34 WIB
Dalam memperingati Hari Anak Nasional 2020, orang tua kembali diingatkan soal pentingnya menjaga kesehatan mental anak.
Ilustrasi. Dalam memperingati Hari Anak Nasional 2020, orang tua kembali diingatkan soal pentingnya menjaga kesehatan mental anak. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kesehatan mental masih dipandang sebelah mata. Tak salah jika dalam memperingati Hari Anak Nasional 2020, orang tua kembali diingatkan soal pentingnya menjaga kesehatan mental anak.

Kesehatan mental di usia anak dan remaja punya peranan besar terhadap kesehatan mental saat dewasa. Pada 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan separuh masalah kesehatan mental pada orang dewasa sebenarnya terbentuk sejak usia 14 tahun.

Psikolog anak Annelia Sari Sari melihat persoalan yang sama di Indonesia. Riskesdas 2018 mencatat kenaikan prevalensi gangguan mental emosional pada remaja usia di atas 15 tahun dari 6 persen pada 2015 menjadi 9,8 persen pada 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Persentasenya segitu doang, tapi kalau dilihat secara angka, remaja Indonesia mungkin sekitar 80 juta jiwa, itu jumlahnya besar sekali. Bayangkan kalau ini terjadi, biaya kesehatannya akan sangat besar buat negara kita," kata Anne dalam webinar bersama Halodoc, Kamis (23/7).

Gangguan kesehatan mental, kata Anne, memiliki angka year living disability yang cukup tinggi. Year living disability berarti bagaimana masalah kesehatan mental menimbulkan kondisi disabilitas, kecacatan, dan gangguan kehidupan. "Penyakit yang menimbulkan kondisi ketidakberdayaan itu gangguan kesehatan mental," imbuhnya.

Bagaimana orang tua bisa melihat anak yang sehat mental?

Anne menjelaskan, anak yang sehat secara mental memiliki beberapa komponen antara lain:

1. Menjalin hubungan baik dengan orang dewasa maupun dengan anak seusia.

2. Perkembangan psikomotor yang sesuai dengan tahapan usia.

3. Kemampuan bermain dan belajar dengan pencapaian yang sesuai usia dan perkembangan kecerdasan.

4. Memiliki pemahaman moral tentang benar-salah, baik-buruk.

5. Mampu menikmati dan memanfaatkan waktu luang. Anak tidak mudah bosan dan kalau pun bosan, anak bakal mencari cara agar tidak bosan.

6. Perkembangan emosi, intelektual, dan spiritualitas yang selaras.

7. Anak mampu belajar dari kegagalan, hambatan, lalu bisa bangkit lagi.

Cegah Gangguan Mental pada Anak

Anne mengatakan, gangguan mental pada anak bersifat datang diam-diam. Pasalnya, agak sulit untuk membedakan fluktuasi perilaku anak atau gangguan mental. Orang tua, lanjut dia, perlu mengerahkan usaha lebih untuk mengenali gejala gangguan mental pada anak.

Namun, mengenali gejala gangguan mental pada anak bukan perkara mudah. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi orang tua dalam hal ini.

"Tantangan terbesar adalah pengetahuan orang tua maupun pemangku kepentingan lain terbatas. Ada banyak kepercayaan misal, enggak apa-apa anak laki-laki memang enggak bisa diam, anak laki-laki memang lebih pemarah, senang berantem. Padahal, mungkin ini indikasi kenakalan remaja," jelas Anne.

Untuk mencegahnya, Anne menekankan pentingnya membangun ketangguhan pada anak. Ketangguhan anak, lanjutnya, bisa dibentuk dengan memperbaiki relasi anak dengan orang tua. Orang tua perlu menciptakan ruang yang nyaman untuk anak. Beri anak kesempatan untuk bercerita dan berbagi tentang apa yang dirasakan.

"Orang tua mendengarkan anak, melihat persoalan dari sudut pandang anak, validasi perasaannya, berempati dengan anak, memahami yang dirasakan," ujarnya.

(els/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER