Wawancara yang dilakukan CNNIndonesia.com dengan Richard Kyle pada Selasa (8/9) dilakukan melalui sambungan telepon, tanpa tatap muka.
Namun saat ditanya soal memori liburan bersama keluarga yang paling berkesan, pria yang berkarier sebagai model ini sepertinya menjawab dengan senyum semringah di seberang sana. Seakan kenangan itu amatlah indah dan tak terlupakan.
Richo, begitu ia akrab disapa, lalu bercerita tentang bagaimana keluarganya mengajak dirinya dan dua kakak dan adik perempuannya untuk wisata keliling Selandia Baru naik karavan. Dari Auckland ke Queenstown.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan menjelang Hari Raya Natal itu semakin berkesan karena sang ayah mengajak mereka melakukan pendakian ke salah satu gunung yang ada di sana.
Richo yang saat itu masih berusia sekitar sepuluh tahun mengaku takjub dengan pemandangan orang-orang yang sedang paralayang. Bisa terbang di langit dengan sayap bak pahlawan super ialah imajinasi tertinggi bocah berdarah Sunda-Australia itu.
Hingga pulang ke karavan, Richo dan dua saudarinya tak henti-hentinya membicarakan soal paralayang kepada ayah dan ibunya.
Keesokan harinya, dalam pagi Natal yang belum diterangi matahari, sang ayah membangunkan Richo dan kakaknya. Mereka diajak mendaki lagi ke gunung tersebut. Namun kali ini tanpa ibu dan adiknya yang kecil.
Sepanjang pendakian, sembari menahan kantuk, Richo bertanya-tanya dalam hati mengapa sang ayah mengajaknya kembali ke gunung itu.
Sesampainya di gunung, ternyata tim paralayang sudah siap mengenakan segala perlengkapan keselamatan untuk sang ayah, sang kakak, dan dirinya. Setelah semua perlengkapan terpasang rapi dan arah angin dipastikan aman, satu persatu mereka terbang tandem dengan personel paralayang.
Sesaat parasut terkembang, senyum Richo kecil mulai mengembang. Impiannya untuk terbang bak pahlawan super dalam buku komik dan televisi berhasil terwujud pada pagi Natal itu.
"Setelah beberapa belas menit terbang, kita semua mendarat dengan selamat. Saat sudah turun gunung, tinggal adik yang terlihat menangis karena dia merasa sedih tak diajak ayah haha.. Karena saat itu kan dia masih terlalu kecil, jadi kurang aman rasanya.. Tapi setelah besar akhirnya dia mencoba paralayang di sana," kata Richo sembari tertawa kecil.
Momen tersebut diakui menjadi salah satu pengalaman berwisata yang tak terlupakan bagi pria berbintang Sagitarius ini.
Momen itu jugalah yang membuatnya semakin penasaran dengan wisata di alam bebas seperti bersepeda, surfing, sampai menyelam. Ia pun telah mengantongi sertifikasi terbang paralayang. Bahkan berencana "terbang" di Malang dalam beberapa bulan ke depan.
Berkarier sebagai model yang dianggap banyak orang sarat dengan tuntutan selalu tampil prima dalam hal penampilan, tak membuatnya gentar berkegiatan di luar ruangan.
Richo tahu konsekuensi bahwa fisiknya bisa saja terluka saat melakukan kegiatan menantang itu. Tapi baginya, wisata alam itu bukan berarti membahayakan diri. Oleh karena itu ia selalu berusaha melakukannya dengan panduan keselamatan yang tepat.
Rasa takutnya bukan soal luka di muka, siku, atau dengkul. Ia pernah merasakan takut saat dirinya mengalami saraf terjepit di bagian pinggang, akibat dari teknik mengangkat beban di gym yang kurang tepat.
"Mungkin karena kurang pemanasan, jadi ototnya kaget. Di situ saya merasakan betul soal kesakitan yang bercampur ketakutan. Saya takut tak bisa lagi berwisata alam jika terlalu lama sakit. Beruntung setelah menjalani banyak terapi, kesehatan bisa saya kembali pulih. Semoga jangan sampai terjadi lagi," ujar salah satu Duta Borneo Orangutan Survival Foundation ini.
Selain Selandia Baru, Richo mengatakan bahwa Italia dan Magelang menjadi destinasi wisata yang bakal membuatnya kembali lagi ke sana.
Italia dianggap sebagai destinasi wisata yang super lengkap, mulai dari rute road-trip sampai kuliner tersedia di sana. Ditambah lagi pemandangannya yang indah bak lukisan di setiap sudutnya.
Richo sempat menjelajahi Negara Pasta dengan motor besar. Ia mengaku tak ambil pusing saat berat badannya naik beberapa kilogram akibat menyantap menu-menu lezat di sana.
Sementara Magelang dikatakannya sebagai destinasi yang bisa memberinya kedamaian hati dan pikiran.
Perkenalannya dengan kota di Jawa Tengah itu bermula dari trip yang dilakukannya dengan salah satu perusahaan sepeda. Setelah berbulan-bulan berdiam di rumah atas anjuran pemerintah, ia merasakan kedekatan dengan alam saat bersepeda di sana.
"Alamnya indah, suasananya tenang, warganya ramah. Tak menyangka, untuk bisa menikmati atmosfer liburan seperti itu kita tak perlu jauh-jauh keluar Pulau Jawa, terutama di masa pandemi virus corona seperti sekarang ini, karena di Magelang ternyata ada," kata Richo.
Lihat juga:Memahami Gunung Merapi dari Ketep Pass |
Sementara itu, destinasi wisata yang masuk dalam bucket-listnya ialah Alaska, Kanada, dan Peru.
Machu Picchu di Peru yang saat ini membuatnya penasaran. Ia ingin datang ke sana untuk merasakan langsung kemegahan arsitektur kuno yang bersejarah, mirip dengan yang dirasakannya saat menyambangi Candi Borobudur.
Tapi pandemi virus corona memaksanya untuk menunda rencana jalan-jalannya. Terakhir kali ia terbang ke luar negeri pada bulan Maret, untuk mengunjungi Australia, sebelum pemerintah Indonesia melakukan pembatasan perjalanan.
Turbulensi pesawat tak membuatnya gentar melintasi langit untuk menuju destinasi wisata. Namun kini, tes kesehatanlah yang membuatnya lumayan khawatir jika harus ke luar kota atau ke luar negeri.
"Tapi yang penting kita jangan sampai takut bepergian, karena sekarang ada protokol kesehatan yang bisa jadi panduan. Yang penting juga kita harus selalu jaga kesehatan, ini berguna untuk diri sendiri dan orang lain yang kita temui di sepanjang perjalanan," ujarnya.
Tak terasa hampir satu jam wawancara berlangsung. Pertanyaan terakhir, soal kota mana yang dipilihnya jika bisa pindah dari Jakarta, Richo menjawab dengan mantap: Bali.
"Ya, saya ingin lebih dekat dengan keluarga yang sekarang tinggal di sana. Semoga pandemi virus corona segera berlalu, sehingga kita semua bisa kumpul di sana," pungkasnya.
Lihat juga:Muda-Mudi yang 'Berselingkuh' dari Jakarta |