Perjuangan Amel Sembuh dari Stroke di Usia 20-an

CNN Indonesia
Sabtu, 07 Nov 2020 07:46 WIB
Amel menjadi satu dari sedikit anak muda yang mengalami stroke. Sebanyak 0,6 persen populasi berusia 15-24 tahun di Indonesia mengalami stroke.
Amel menjadi satu dari sedikit anak muda yang mengalami stroke. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Jakarta, CNN Indonesia --

Desy Amelia Rahayu tak menyangka akan stroke yang dialaminya. Dia tampak getir mengenang suatu malam pada Maret 2019 lalu. Malam itu, benar-benar mengubah hidupnya.

Pukul tiga dini hari, perempuan yang akrab disapa Amel itu berteriak ketakutan dari kamarnya membangunkan seisi rumah.

Penglihatan Amel yang masih berusia 22 tahun itu mendadak buram. Dengan cepat, dia tak lagi bisa melihat. Dia juga merasakan sakit kepala hebat yang membuatnya muntah hingga tak sadarkan diri.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga Amel panik bukan main. Orang tuanya langsung membawa anak sulung mereka itu ke rumah sakit terdekat di Tangerang. Namun, karena unit gawat darurat (UGD) dan ruang rawat inap penuh, tenaga medis hanya memberikan obat tanpa pemeriksaan yang menyeluruh.

Keluarga pun membawa Amel pulang. Akan tetapi, kondisi Amel tak kunjung membaik. Anggota tubuhnya lemas tak bisa digerakkan seperti biasa.

Pada sore hari, Amel dibawa ke rumah sakit yang berbeda. Kali ini, dokter melakukan pemeriksaan dan mendiagnosis Amel mengalami stroke yakni pecah pembuluh darah di otak.

Amel merupakan satu dari sedikit anak muda yang mengalami stroke. Data Riskesdas 2018 menunjukkan hanya 0,6 persen usia 15-24 tahun yang mengalami stroke. Stroke biasanya identik sebagai penyakit pada orang tua dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan penyakit jantung.

Saat sadarkan diri, Amel hilang ingatan. Sebagian anggota badannya pun tak bisa digerakkan. Lumpuh anggota gerak, kaku, serta hilang ingatan merupakan gejala stroke yang umum terjadi.

"Waktu itu, kaki aku sudah enggak bisa jalan, merembet saja yang sebelah kanan, mata juga enggak bisa lihat yang sebelah kanan, semua yang sebelah kanan," kata Amel saat bercerita kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu di sela-sela pemeriksaan rutin di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON).

Selama 10 hari, Amel menjalani perawatan di rumah sakit hingga tenaga medis memintanya pulang karena tak ada kemajuan.

"Disuruh pulang karena kami pakai BPJS. Katanya nanti akan dihubungi, tapi beberapa hari tidak dihubungi," kata kakak sepupu Amel, Rini, yang rutin menemaninya melakukan pemeriksaan.

ilustrasi strokeIlustrasi. Sebanyak 0,6 persen populasi berusia 15-24 tahun di Indonesia mengalami stroke. (iStockphoto/utah778)

Saat sudah pasrah, salah seorang sanak keluarga menyarankan agar Amel dibawa ke RSPON. Orang tua Amel pun langsung membawa anak mereka ke RSPON, rumah sakit otak yang khusus menangani stroke.

Dokter kembali melakukan pemeriksaan melalui MRI dan CT Scan. Tak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan stroke pada Amel. Dugaan sementara, stroke muncul karena penggumpalan darah yang disebabkan trauma di kepala Amel.

Kendati demikian, sejumlah pengobatan dan tindakan pun dilakukan. Amel kembali menjalani perawatan intensif. Perlahan, kondisi Amel kembali membaik.

Bagi Amel, hari-hari yang dihabiskannya di rumah sakit menjadi masa kelam dalam hidupnya.

"Perasaan aku sendiri sempat down. Sempat minta maaf pas sampai di sini, 'Ma, kayaknya aku udah enggak ada umur,'. Aku minta maaf sama keluarga aku," ungkap Amel.

Namun, keluarga terus menyemangati Amel untuk sembuh. Keluarga pula yang membantu Amel untuk memulai kembali terapi seperti belajar berjalan, menulis, dan mengingat.

Dokter spesialis saraf RSPON, M Arief Rachman Kemal menjelaskan, pasien stroke mengalami kondisi yang membuat oksigen dan darah tidak sampai ke otak sehingga sel di otak mati untuk sementara waktu. Pada kondisi yang belum parah, kondisi otak bisa dikembalikan dengan membuat otak belajar kembali.

"Setelah tindakan, pada fase perawatan selain evaluasi, otak pasien stroke juga mesti restore, belajar lagi untuk duduk berjuntai, tangannya menggenggam, menulis. Jadi mesti diulangi lagi," kata Arief kepada CNNIndonesia.com.

Setiap hari, Amel rutin melakukan terapi dengan berjalan tanpa memakai sendal untuk memulihkan kembali anggota gerak sebelah kanan. Dalam waktu enam bulan, Amel dapat berjalan seperti biasa. Penglihatannya juga sudah membaik.

"Cuma ingatan sekarang sudah mulai timbul, walaupun seperti pudar," kata Amel.

Keluarga Amel pun takjub dengan perkembangan Amel yang terbilang sangat cepat. "Perjuangan banget dari, dia enggak sadar itu, beneran enggak kenal sama orang," ujar Rini.

ilustrasi strokeIlustrasi. Lumpuhnya beberapa anggota tubuh menjadi gejala paling umum pada penderita stroke. (iStockphoto/peterschreiber.media)

Kini, Amel rutin melakukan pemeriksaan darah setiap bulan untuk memantau kondisi pembuluh darah di otak. Di masa pandemi Covid-19 ini, Amel tetap harus ke rumah sakit dengan protokol yang ketat untuk memeriksakan kesehatannya.

Dia juga mesti menjaga kesehatannya dengan baik. Amel mengaku sangat menjaga area kepala dari risiko cedera. Amel juga selektif mengonsumsi makanan. Dia tak boleh memakan sejumlah makanan yang dapat memengaruhi pembuluh darah seperti cokelat, keju, kopi, seafood, dan micin.

"Makan harus dijaga. Sempat menangis juga karena enggak bisa makan cokelat, keju, dan sushi. Mungkin ini ujian buat aku," tutur Amel.

Namun, itu semua bukan masalah bagi Amel. Kesehatannya merupakan yang paling utama. Apalagi, Amel yang baru saja menikah dan sedang mengandung buah hatinya.

"Aku selalu konsultasi dengan dokter supaya aku dan anakku tetap sehat," ujar Amel.

Pada peringatan Hari Stroke Sedunia tiap 29 Oktober, Amel mengajak semua orang yang mengalami stroke untuk tidak patah semangat karena dengan perawatan dan kegigihan, kesembuhan bisa didapatkan.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER