Pandemi memberikan pengaruhnya terhadap berbagai sendi kehidupan, termasuk di antaranya pelaksanaan imunisasi anak. Rasa takut orang tua akan penularan virus corona membuat pelaksanaan imunisasi rutin terhambat.
Pada Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, program imunisasi di 68 negara harus terhenti akibat pandemi. Sebagai akibatnya, 80 juta bayi yang tinggal di negara-negara tersebut terancam penyakit menular lain seperti campak dan polio.
Imunisasi campak tercatat dihentikan di 27 negara. Sementara 38 negara lainnya telah menghentikan imunisasi polio.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketakutan masyarakat untuk mendatangi fasilitas layanan kesehatan menjadi salah satu masalah utama yang membuat program imunisasi terhenti. Keengganan tersebut muncul akibat rasa takut tertular Covid-19.
Lihat juga:Memahami Pentingnya Imunisasi Bagi Tubuh |
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Survei Kementerian Kesehatan bersama UNICEF pada Juni lalu menemukan 83,9 persen pelayanan kesehatan terdampak pandemi Covid-19. Artinya, program imunisasi juga tak terlaksan dengan baik.
Berdasarkan catatan Kemenkes, cakupan imunisasi di Indonesia pada Januari dan Februari terbilang tinggi. Namun, angka menurun drastis pada April, satu bulan setelah kasus pertama Covid-19 ditemukan di Indonesia pada awal Maret.
Cakupan imunisasi dasar pada April 2020 menurut 4,7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan layanan program imunisasi terjadi di Puskesmas, Posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, untuk mengatasi cakupan imunisasi yang menurun, sejumlah tenaga kesehatan di puskesmas atau posyandu melakukan sistem jemput bola imunisasi anak rutin. Mereka datang ke masing-masing rumah warga dengan anak yang mendapatkan jadwal imunisasi.