Sejak pandemi melanda, pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kebijakan dilakukan guna menekan penyebaran virus corona penyebab Covid-19.
Tak cuma di Indonesia, aturan pembatasan itu juga dilakukan oleh hampir setiap pemerintah yang negaranya terjangkiti virus corona.
Akibat kebijakan tersebut, banyak orang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Tak ada lagi berjalan kaki menuju halte bus atau stasiun kereta api, tak ada lagi aktivitas-aktivitas fisik lainnya yang bisa dilakukan sehari-hari. Semua dilakukan di rumah dengan bantuan koneksi internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei McKinsey menemukan, selama pandemi, sebagian besar masyarakat Indonesia lebih sering meluangkan waktunya untuk menonton televisi, membaca berita daring, dan bermain media sosial. Penggunaan online streaming bertambah 35 persen, sementara aktivitas video conference bertambah 38 persen.
Tak cuma itu, jasa pesan-antar makanan restoran dan kebutuhan sehari-hari juga meningkat. Pesan antar makanan meningkat 36 persen, dan peningkatan 41 persen terjadi pada pesan antar kebutuhan sehari-hari.
Berbagai kondisi tersebut pada akhirnya membuat banyak orang terjebak dalam gaya hidup sedentary atau minim gerak. Padahal, gaya hidup jenis ini berisiko tinggi terhadap obesitas dan penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dan gangguan jantung.
Lihat juga:Panduan Berolahraga untuk Kesehatan dari WHO |
"Walaupun belum meneliti, tapi berdasarkan pengalaman kami, ada banyak orang yang sebelumnya sehat menjadi pradibaetes, dari pradiabetes menjadi diabetes," ujar ahli endokrin metabolik diabetes, dr Dyah Purnamasari, beberapa waktu lalu.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Obesity menunjukkan, stay at home selama pandemi berisiko tinggi membuat anak kelebihan berat badan atau mengalami obesitas.
Selama pandemi, anak-anak ditemukan makan lebih banyak setiap hari dan tidur lebih lama 30 menit dibandingkan tahun lalu. Konsumsi daging merah dan makanan cepat saji juga meningkat di kalangan anak-anak. Belum lagi waktu untuk aktivitas fisik rata-rata yang hanya berkisar dua jam dalam sehari.
Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes. Data International Diabetes Federation (IDF) menempatkan Indonesia dengan status 'waspada diabetes' karena menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi pada tahun 2020. Pada tahun ini, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 6,2 persen.
Selain faktor gaya hidup, stres yang meningkat selama pandemi juga dapat memicu kenaikan gula darah yang dapat menyebabkan diabetes.