HARI TBC SEDUNIA

A to Z: Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan TBC

CNN Indonesia
Rabu, 24 Mar 2021 08:20 WIB
Tiap 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis (TBC/TB) Sedunia. Kenali lebih dalam, penyakit yang masuk menjadi epidemi global ini.
Tiap 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis (TBC/TB) Sedunia. Kenali lebih dalam, penyakit yang masuk menjadi epidemi global ini. (CNNIndonesia iStock)

Bagaimana penularan TB?

Penularan TB terjadi jika seseorang terpapar droplet atau tetesan cairan dari batuk atau bersin yang terkontaminasi kuman dan cairan yang mengambang di udara (airborne). Kuman TB akan masuk ke tubuh melalui saluran napas. Dokter spesialis paru sekaligus pengajar di Unair, Arief Bakhtiar, menjelaskan sebenarnya ada proses penyaringan 'benda asing' yang masuk ke paru-paru. Namun dalam kondisi tubuh tertentu misal imunitas rendah, kuman akan masuk ke paru lalu ke alveoli.

"Di sana, kuman TB akan ditangkap oleh makrofag [alveolar] atau sel daya tahan tubuh. Setelah itu sebagian besar kuman mati dan dalam kondisi tertentu bisa ditangkap dan dilingkupi selubung dan masuk dalam fase istirahat (dorman)," jelas Arief.

Akan tetapi, di saat tertentu kuman bisa masuk ke sistem pembuluh limfe atau saluran pembawa plasma darah. Kuman-kuman yang dormant ini bisa tersebar di seluruh tubuh dan berhenti di organ-organ tertentu misal usus, payudara, tulang belakang atau organ lainnya. Saat kuman yang dormant ini aktif, maka timbul infeksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief berkata orang yang terpapar kuman M. tuberculosis tidak serta merta terkena TB. Ada orang yang memiliki daya tahan tubuh baik sehingga kuman sebatas masuk dan 'tertidur' atau disebut TB laten. Sedangkan orang dengan kuman M. tuberculosis yang menginfeksi tubuh dan bisa menularkan ke orang lain biasanya disebut TB aktif.

"Ada faktor-faktor yang membuat TB muncul. Tergantung jumlah kuman, frekuensi bertemunya kita dengan orang yang sakit. Makin sering kita ketemu, makin mudah tertular. Juga daya tahan tubuh," imbuhnya.

Alfian menambahkan TB aktif dan menular manifestasinya bisa ke TB paru atau TB paru dan mengarah ke TB ekstra paru. Namun bukan tidak mungkin seseorang langsung mengalami TB ekstra paru tanpa melalui TB paru.

Kemudian dari sekian banyak orang yang terpapar kuman M. tuberculosis, 'hanya' 10 persen yang menginfeksi dan sisanya dormant. Diperkirakan, lanjut dia, ada sepertiga penduduk dunia yang mengalami TB laten.

"Ada satu orang kena TB, menularkan ke 10-15 orang, belum tentu semua jadi infeksi. Sederhananya, misal, satu orang menularkan ke 10 orang, ada 1 yang terinfeksi," katanya.

Bagaimana mencegah TB?

"Saat ini era Covid, jadi patuhi saja protokol kesehatan. Sebagai pencegahan Covid-19, TB juga bisa," ujar Arief.

Protokol seperti memakai masker bagi penderita TB juga sangat disarankan agar mencegah penularan bakteri yang berpotensi menyebar secara airborne (lewat udara). Menjaga jarak dengan orang yang sakit, atau si sakit menjaga jarak dengan sehat juga membantu mengurangi risiko penularan.

Etika batuk dan bersin yang tepat juga harus diterapkan untuk membantu mencegah penularan TBC.

Selain itu, usahakan tubuh dalam kondisi sehat dan imunitas terjaga. Caranya, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, cukup istirahat, relaksasi untuk meredam stres dan pikiran tenang, juga olahraga.

Jika merasakan gejala-gejala misal batuk, sebaiknya segera periksa jika batuk tidak kunjung sembuh dan terjadi terus-menerus.

Pengobatan pasien TB

Kementerian Kesehatan mencanangkan kampanye TOSS atau Temukan TBC Obati Sampai Sembuh. Arief menjelaskan regimen pengobatan TB sudah disepakati dan kurang lebih sama di seluruh dunia.

Pasien akan diberikan obat dari kombinasi  isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan ethambutol. Pengobatan berlangsung minimal 6 bulan atau tergantung jenis TB. Untuk TB paru biasanya minimal 6 bulan, tetapi TB paru dengan komorbid bisa 9 bulan.

"Patuhi regimen pengibatan yang sudah disarankan, kan obat TB gratis. Untuk perawatan, di rumah sakit ruangannya akan disendirikan. Tapi kalau sudah pulang enggak harus diisolasi," ujarnya.

Selama proses pengobatan, Arief memberikan catatan:

- Implementasi protokol kesehatan:

Seperti Covid-19, pasien TB tetap harus mengenakan masker, menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain juga implementasi etika batuk dan bersin yang benar. Sudah pulang dari rumah sakit bukan berarti sudah sembuh dan bebas dari TB sebab pengobatan masih berlangsung.

- Lingkungan harus mendukung:

TB ditularkan lewat udara sehingga perlu memastikan sirkulasi udara yang baik di ruangan.

- Jangan berhenti minum obat:

Pasien tidak boleh berhenti mengonsumsi obat hingga dokter menyatakan untuk berhenti. Kadang karena tubuh sudah terasa lebih baik, gejala berkurang bahkan hilang, membuat pasien berhenti minum obat. Padahal ada risiko kuman TB belum sepenuhnya mati, dan mungkin saja kembali dalam keadaan dorman untuk sementara waktu.

Bakteri TB ini punya kemampuan bermutasi menjadi lebih ganas. Akibatnya, kuman jadi resisten dengan obat yang pernah didapat.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER