ANALISIS

Plagiarisme Mode: Antara Peluang dan 'Alibi' Inspirasi

Tim GH | CNN Indonesia
Selasa, 20 Apr 2021 15:30 WIB
Beberapa waktu lalu, media sosial diwarnai dengan unggahan dugaan plagiarisme label fashion lokal. Apa sebenarnya plagiarisme dan batasannya?
Beberapa waktu lalu, media sosial diwarnai dengan unggahan dugaan plagiarisme label fashion lokal. Apa sebenarnya plagiarisme dan batasannya?(wendybuiter/Pixabay)

Inspirasi dan duplikasi

Mungkin saja tren fast fashion memang punya andil. Brand-brand fashion besar pun juga banyak tak luput masalah plagiarisme itu.

Lalu apa yang membuat orang atau motivasi apa yang membuat mereka menciptakan desain atau motif yang mirip? Sahkah mengambinghitamkan inspirasi? Yang jadi masalah, terkadang, batas antara inspirasi dan duplikasi juga masih abu-abu.

Pengamat fashion Dean Syahmedi mengungkapkan di fashion plagiarisme memang berputar-putar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini dikembangkan di sana, dikembangkan ke sini. Biasanya itu dibilangnya inspirasi," katanya.

"Tapi, ini kebanyakan terjadi hanya di brand-brand yang laku. Ini indikator bahwa barangnya laku. Dia mencoba mengambil jalur rejeki yang sudah dibuka itu."

Namun apa batasan inspirasi, sejauh mana orang bisa mengambil inspirasi dari sebuah karya?

Dean mengungkapkan bahwa batasan tersebut hanyalah batasan moral, bukan hukum. Perkaranya pun bakal panjang dan jika dibawa ke hukum. Bukan cuma panjang urusan tapi juga menghabiskan waktu dan juga dana.

"Batasannya ini ya menurut saya seperti yang saya sebutkan, dari warna, visual, dan bentuk desain utama itu sudah bisa dibilang plagiarisme."

Models present creations from Spanish designer Hannibal Laguna's Autumn - Winter 2021 / 2022 collection during the Mercedes Benz Fashion Week in Madrid on April 9, 2021. (Photo by Gabriel BOUYS / AFP)Foto: AFP/GABRIEL BOUYS
ilustrasi: Spanyol Fashion Week

Senada dengan Dean, Ali juga mengungkapkan bias antara terinspirasi dengan duplikasi.

"Ini kan memang bias banget. Mungkin itu kalau ngomongin batasan antara menginspirasi atau mengcopy agak susah ya untuk khalayak umum.

"Di fashion kan kami mendesain dengan karakternya customer. Karakter customer itu kan ada yang feminin romantis, ada yang sporty, ada yang elegan, basic. Nah terus pelaku kita kan ratusan bahkan ribuan. Kemudian dari gaya itu, terus pasti ada kemiripan yang grup feminin yang grup apa," katanya.

Dicontohkannya, desainer kadang seringkali menuruti keinginan desainer perkara desain. Ada banyak kejadian juga terinspirasi itu bahwa si plagiator ini merupakan salah satu fans banget sebuah brand.

"Ketika mendesain, ada kemungkinan kebawa ada 'ngopynya', kemungkinan dengan kenaifannya, ngopy, atau dia bukan orang kreatif tapi orang bisnis yang emang pengen bikin baju kayak gini, kayak gitu."

Sementara itu, dari sisi desainer, disebut Ali sebenarnya lebih mudah dikenali perbedaannya. Terinspirasi itu bisa terjadi bahkan kerap terjadi namun bukan soal bentuknya, melainkan dari mood atau konsepnya.

"(Misalnya) Oh dia lagi mengolah brandnya terinspirasi dari wastra indonesia tapi disajikan kontemporer untuk kalangan muda. nah esensinya ini, target pasar ini kami buat inspirasi. Oh bajunya ini dibuat dari bahan tipis yang nyaman karena daerah tropis, apalagi nih, itu sangat wajar. Kalau gitu kita melihat target pasar yang besar. Saingan makin banyak ke depannya."

Soal plagiat di dunia mode, Ali mencontohkan kebaya Anne Avantie. Tak dimungkiri ada banyak orang yang dengan terang-terangan meniru kebaya milik desainer asal Semarang itu, bahkan kebayanya pun disebut sebagai kebaya Anne Avantie.

"Banyak orang nembakin bajunya mbak Anne, dengan gayanya dia. bukan desainer. Ya awam ya penjahit, semua nembakin bajunya mbak Anne untuk dijadikan sebuah kebaya.

"Hal ini saya lihat ada plus minusnya. Orang-orang ini, ya penjahit, awam, ini bukan saingannya mbak Anne, mbak anne enggak rugi. Itu sebenarnya dengan adanya dia dicopy. Malah siapa sih Anne Avantie? Orang yang tadinya gak tahu jadi tau gara gara ada kebaya Anne Avantie. Itu contoh yang sudah ada."

"Mungkin mbak Anne dirugikannya sedikit tapi menurut saya enggak. Target pasar beda. Ya emang mirip, ada di mana-mana, harganya murah."

Selain itu, kasus plagiarisme fashion juga kerap menimpa brand luar negeri yang di-Indonesia-kan, bahkan dijual terang-terangan di pinggir jalan dengan harga yang berbeda jauh. KW!

Beberapa brand fashion yang jadi langganan plagiarisme antara lain Polo KW, Armani KW, Off White, Louis Vuitton, Burberry, Gucci, dan lainnya.

"Brand-brand di Paris juga begitu, mereka ya, membiarkan saja karena terlalu besar mengatasinya."

"Karena kalau sampai ada yang copy itu berarti ada potensi pasar yang lumayan gede. menurut saya sebagai orang timur, lagi pandemi, kita selesaikan semua masalah dengan diskusi," kata Ali.

Hukum Indonesia soal plagiarisme

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER