Bakmi GM disebut sebagai restoran cepat saji pertama dengan merek yang besar. Restoran ini sebelumnya bernama Bakmi Gajah Mada yang berdiri pada tahun 1959.
Sekitar 1979, jaringan restoran cepat saji KFC berdiri di Indonesia. Tak lama berselang, masuk restoran-restoran cepat saji lain termasuk McDonald's pada 1991. Chef Ragil berkata, fenomena ini pun mulai mengubah peta permainan kuliner (food and beverage) Indonesia.
"Tadinya enggak ngerti, belum ada sistem franchise, kemudian kenal begitu ada brand luar masuk sini," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak pelak, ini pun merangsang kemunculan merek-merek fast food dan franchise lokal. Hoka Hoka Bento yang Anda sangka merupakan franchise dari Jepang sebenarnya brand lokal.
Berdiri pada 1985, Chef Ragil bercerita, brand ini mengambil konsep restoran kecil di Jepang. Di sini, restoran berkembang pesat, tetapi pemilik konsep malah sudah tinggal nama.
Warung Tegal alias warteg pun juga menggunakan konsep 'fast food'. Bahkan warteg pun mengenal franchise seperti label Warteg Kharisma Bahari. Dibanding label makanan cepat saji impor, makanan cepat saji ala warteg menawarkan menu segar yang dimasak tiap hari.
Walau merek lokal tak kalah seksi, tapi label mancanegara, terutama Amerika Serikat, lebih menempel di benak publik. Chef Ragil mengakui bahwa merek-merek AS begitu lihat 'mendandani' produk dan memasarkannya.
Dengan adanya fenomena BTS Meal yang baru terjadi belakangan, Ragil menyebut, merek-merek lokal seharusnya mulai melirik konsep kolaborasi seperti yang dilakukan McDonald's sebagai cara baru memperbesar pasar.
"Saya melihat sebenarnya sudah ada kolaborasi brand-brand anak muda Jakarta, lumayan bagus. Kadang dengan artis baru yang tidak banyak demand. Kalau artis lokal mungkin yang harus jadi pemikiran bahwa mereka sama-sama menolong brand, enggak cuma melulu komersil," ujarnya.
(els/asr)