Menghapus Tabu Masturbasi Perempuan Indonesia
Masturbasi identik dengan laki-laki. Topik ini seolah tak berkaitan dengan perempuan, padahal sebenarnya masturbasi juga lazim dilakukan oleh kaum hawa.
Bagi perempuan, pembicaraan soal masturbasi seolah hal yang memalukan dan cenderung dirahasiakan. Di kalangan perempuan, pembicaraan masturbasi dianggap sebagai hal tabu karena dianggap terkait dengan keperawanan.
Kondisi ini tidak lepas dari konstruksi masyarakat yang menilai bahwa masturbasi adalah tindakan maskulin yang hanya dilakukan oleh laki-laki. Sementara perempuan hanya dipandang sebagai objek seksual yang pasif.
"Khususnya di Indonesia, seksualitas perempuan mendapat kontrol yang lebih ketat dibanding laki-laki. Termasuk berkenaan dengan hasrat seksualnya," kata Ida Ruwaida, sosiolog dari Universitas Indonesia, kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Ida menjelaskan, sejak kecil, perempuan diminta bersikap lembut dan tidak diperkenalkan pada aktivitas seksual.
Menurut adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, perempuan dipandang harus bersikap lemah lembut, pasif, dan malu jika mengumbar hasrat seksualnya.
Secara seksual, perempuan juga cenderung diposisikan sebagai objek, bukannya subjek. Perempuan diminta pasif dalam hal seksualitas, sedangkan laki-laki lebih aktif dan agresif.
Sikap agresif pada perempuan akan dipertanyakan karena tidak sesuai dengan norma sosial dan kebiasaan masyarakat.
"Karenanya perempuan akan dipertanyakan jika bersikap agresif dalam relasi seksualnya. Sementara laki-laki agresif dianggap simbol kejantanan," ujar Ida.
Kondisi tersebut membuat setiap aktivitas seksual pada perempuan cenderung ditutupi dan menjadi rahasia pribadi, beda dengan laki-laki.
Jika pada laki-laki, kehidupan seksual menjadi hal yang wajar dibicarakan di muka umum, perempuan 'diminta' merahasiakannya. Bahkan pertanyaan seputar kesehatan organ intim perempuan kadang tak bisa bebas dibahas.
"Perempuan yang berfantasi seksual dianggap tidak wajar, karena dia dianggap hanya sebagai 'obyek' seksual. Konstruksi konsep dari maskulinitas dan feminitas yang melatarbelakanginya," kata Ida.
Akibat dari konstruksi budaya tersebut, perempuan hingga kini cenderung malu untuk mengungkapkan hasrat seksualnya.
Masyarakat seolah memandang perempuan yang 'agresif' menunjukkan ketertarikan seksual, atau bicara mengenai hal-hal yang berbau seks adalah perempuan nakal.