Jakarta, CNN Indonesia --
Bisa dibilang, onani alias masturbasi pada kaum Adam sudah jadi rutinitas buat Dimas (bukan nama sebenarnya). Pria 29 tahun ini mengaku hampir tiap hari melakukan onani.
Namun, ia menjaga agar aktivitas seksual ini tidak sampai mengganggu kegiatan sehari-hari, mengingat kejadian pahit di masa SMA yang tidak ingin terulang kembali.
Kala itu, kegiatannya di sekolah begitu padat, belum ditambah les mata pelajaran dan keinginan untuk tetap bisa bersosialisasi membuatnya luar biasa stres. Sebagai pelepas stres, Dimas menjadikan onani menjadi sarana pelariannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga pada akhirnya, ia sampai pada titik di mana onani tidak boleh absen sehari pun. Jika sehari saja tidak ejakulasi, kepala terasa pusing, mood berantakan, 'uring-uringan' hingga susah fokus belajar.
"Sekian lama mengalami hal itu, sampai kemudian 'itu' [penis] enggak bisa 'bangun'. Sampai tangan pegal. Sempat takut, masa iya saya impoten? Mana masih SMA. Waktu itu enggak berani ke dokter," kenang Dimas saat berbincang dengan CNNIndonesia.com via telepon, Kamis (23/6).
Dokter tidak jadi solusi saat itu sehingga ia memutuskan untuk puasa onani. Ia memang tidak serta merta mengeliminasi onani sepenuhnya tetapi frekuensinya dikurangi bahkan bisa dibilang menjadi jarang. Selama sekitar satu hingga tiga bulan onani dilakukan sebatas mengecek kondisi penis.
Kalau horny menyerang, apa pengalihannya?
Tak bisa dimungkiri, selalu ada godaan untuk 'bermain-main'. Namun Dimas berusaha untuk aktif berkegiatan. Selain itu, upaya yang tak kalah penting adalah meminimalisir waktu mandi juga tidak banyak melamun saat buang air besar. Perlahan metode puasa menunjukkan hasil dan penis mampu 'bangkit' seperti sediakala.
"Kalau cowok tuh, lagi buang air besar, bengong, mainin penis. Mana pas itu enggak merokok kan," ujarnya disusul tawa.
Masturbasi terlalu sering atau berlebihan seperti yang dialami Dimas bisa berbahaya. Menurut seksolog Haekal Anshari segala sesuatu yang dilakukan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif baik pada fisik maupun psikis.
Dampak pada psikis di antaranya menjadi kecanduan dan timbul rasa percaya diri serta rasa bersalah.
Sementara dampak masturbasi berlebihan terhadap fisik pada pria, jika rangsangan terlalu kuat akan mengakibatkan iritasi pada kulit penis hingga cedera serius pada penis misal, fraktur atau patah pada batang penis.
"Terlalu sering masturbasi juga dapat menyebabkan seseorang lama kelamaan "kebal" dan kurang puas terhadap rangsangan seksual yang sesungguhnya karena berkurangnya sensitivitas terhadap sentuhan dari orang lain, dan justru menjadi lebih akrab dengan sentuhan dari diri sendiri," kata Haekal.
Simak kelanjutan kisah Dimas terkait masturbasi di halaman berikut.
Jajal sex toys
Masuk dunia kerja memang membawa perubahan besar buat Dimas. Lagi-lagi ia dihadapkan pada situasi penuh tekanan dan jenuh sekaligus. Onani memang kadang jadi pelarian, tetapi di masa kerja ini pula ia berkenalan dengan mainan seks alias sex toys.
Awalnya, rasa penasarannya akan sex toys kalah oleh rasa cemas dan takut. Tidak seperti sekarang, dulu belum populer sex shop. Beli lewat toko daring pun selalu ada rasa was-was kalau barang sampai di rumah dan ketahuan orang tua.
"Nah akhirnya titip teman yang dinas ke luar negeri. Beli dildo. Mulailah eksplorasi. So far, dia memang memuaskan bagian anal, tapi tetap beda sama hubungan seks. Kalau seks kan ada komunikasi, sentuhan kulit dengan kulit, suara, desahan, komunikasi non verbal," ujar Dimas.
Belum merasa cukup dengan dildo, dia pun menambah koleksi dengan snail cup. Sex toys satu ini memungkinkan sensasi penetrasi pada vagina atau sensasi blow job. Seiring bertambah referensi online sex shop, Dimas memberanikan diri memesan.
Berbagai antisipasi dikerahkan mulai dari meminta pengemasan yang aman, juga deskripsi barang dikosongkan.
"Dag dig dug, terus datang dikirim ke rumah, ternyata diterima ayah. Pas dicek, oh benar-benar aman, nama tokonya tampak biasa saja, terus ditulis alat kesehatan," katanya.
Keputusannya tidak salah sebab onani dengan sex toys lebih nikmat daripada dengan tangan. Ia membeli snail cup berbentuk mulut. Desainnya benar-benar nyaris menyerupai mulut yang sesungguhnya sehingga ada sensasi blow job bahkan deep throat.
Koleksi sex toys pun jadi variasi aktivitas onani selain dengan tangan. Paling sering, lanjut Dimas, kondisi pulang kerja atau setelah olahraga, mendinginkan badan sebentar lalu mandi. Modal pelumas atau sabun dipadu video porno singkat di Twitter, selesai sudah urusan personal.
"Ya sudah, kira-kira 15 menit sampai ejakulasi. Tapi pernah 20-30 menit. Kalau tanpa video porno sih lama [ejakulasinya] bisa di atas 30 menit, bahkan pernah juga enggak 'nyampe' (ejakulasi)," katanya.
Sementara itu, pandemi memang memungkinkan dia banyak bekerja dari rumah (work from home) sehingga keinginan onani bisa datang di tengah jam kerja. Namun sejauh ini ia mampu mengontrol agar onani tidak sampai bikin pekerjaan kacau.
"Tahu batas sih, kalau tiba-tiba lebih sering, ya nge-rem. Buat saya sehari cukup satu [kali ejakulasi], antara tidak sama sekali atau sekali saja. Kalau sudah lebih dari satu saya anggap 'lampu kuning' nih, harus segera 'menyucikan diri'," katanya terkekeh.
Onani sebagai self love
Harus diakui pengalaman Dimas dengan onani tidak semua menyenangkan. Di sisi lain, onani memberikan manfaat terlebih informasi mengenai titik-titik rangsang tubuh.
Suatu pengalaman menyenangkan ketika bertemu dengan partner yang komunikatif dan proaktif. Ia mendengarkan dan memfasilitasi kebutuhan sekaligus proaktif yakni bertanya apa yang diinginkan. "Saya berani ngomong, enaknya gini, eksplorasi, lalu menemukan titik lain," imbuhnya.
Tak hanya manfaat saat bertemu dengan partner seks, onani pun jadi bentuk self love atau mencintai diri sendiri. Self love, kata dia, memiliki makna cukup luas. Namun buat Dimas, self love itu menyenangkan diri sendiri khususnya tubuh sendiri dan salah satu caranya adalah onani.
Selama onani terkontrol, higienis, aman ini akan membawa dampak positif buat tubuh. Pelepasan endorfin saat orgasme membuat tubuh rileks, bebas stres dan uring-uringan.
"Kebutuhan emosional mungkin tidak terpenuhi. Sentuhan, peluk, hangat orang lain, kulit ketemu kulit itu juara! Itu enggak bisa digantikan masturbasi. Tapi dalam kondisi bisa dibilang kepepet, situasi pandemi, ini sangat menolong," katanya.