Jakarta, CNN Indonesia --
Slogan 'Buanglah sampah pada tempatnya' kini berganti menjadi 'Sampahku, tanggung jawabku. Slogan baru ini mesti ditanamkan pada anak sejak kecil.
"Ini yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Kalau terus-terusan [menganut] literasi lama, nanti ketemu lahan kosong, sampah dibuang di sana," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, saat membuka bincang virtual bersama Waste4Change, Jumat (23/7).
Menurut Novrizal, persoalan sampah menyangkut kultur, perilaku dan kesadaran. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan kebiasaan-kebiasaan baik terkait sampah seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menghabiskan makanan juga memilah sampah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepakat dengan Novrizal, psikolog klinis Reti Oktania melihat anak perlu ditanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini. Orang tua memegang peran penting dalam mengajarkan anak pentingnya memilah sampah.
Berikut cara ajarkan anak memilah sampah:
1. Ajak anak mengenal benda sekitar
Usia 1-3 tahun kerap dianggap sebagai golden age atau usia emas. Usia ini bisa jadi momen orang tua untuk mengenalkan benda-benda sekitar sekaligus memberikan stimulasi demi tumbuh kembangnya.
"Anak kita ajak mengenal bedanya daun, kertas, batu, pasir. Anak belajar jadi lebih mudah kalau nanti memilah sampah. Kalau daun seperti ini, kertas seperti ini, dikasih tahu teksturnya dan ini terus diulang," kata Reti dalam kesempatan serupa.
2. Berikan petunjuk verbal maupun visual
Saat masuk usia TK, anak mulai memiliki inisiatif. Berkaitan dengan sampah, anak ingin buang sampah sendiri. Namun orang tua perlu memberikan bimbingan dengan menyediakan tempat sampah berbeda menurut jenis dan mengolah sampah menjadi benda baru. Anda pun bisa membantu anak dengan memberikan petunjuk verbal maupun visual.
"Anak masih perlu prompt (petunjuk) yang bantu mengingatkan dia, verbal prompt atau visual prompt. Anak diingatkan ini sampah apa, masukkan ke mana. Anda pun bisa mengingatkan anak lewat visual prompt, dikasih gambar di tempat sampahnya," tutur Reti.
3. Apresiasi
Saat anak mulai praktik dan bisa melakukan secara berulang misal 2-3 kali benar memasukkan sampah sesuai jenis, berikan apresiasi. Reti mengingatkan apresiasi harus spesifik seperti, 'Wah hebat ya sudah betul masukan sampahnya!', 'Terima kasih ya sudah buang sampah kertas ke tempatnya'.
4. Diskusi
Anak yang sudah beranjak SD, paparan nilai tak hanya hadir dari orang tua tetapi juga teman sebaya, tontonan juga lingkungan.
Orang tua tetap bisa menanamkan nilai positif lewat sarana diskusi. Anak diajak diskusi mengenai pemilahan sampah, membuat kompos, juga aktivitas-aktivitas sederhana demi kelestarian lingkungan hidup.
"Stimulasi enggak berhenti di golden age, kita sesuaikan dengan perkembangan anak," kata Reti.
5. Ajarkan konsekuensi, bukan hukuman
Biasanya orang tua mengajarkanreward and punishment atau hadiah dan hukuman. Akan tetapi Reti berpendapat sebaiknya anak juga diberitahu konsekuensi, bukan serta merta menghukum akibat melakukan kesalahan. Konsekuensi yang perlu diajarkan meliputi konsekuensi logis dan natural.
"Kalau ada air tumpah, kamu lari-lari nanti bisa jatuh. Ini konsekuensi natural. Lalu untuk konsekuensi logis, kalau kamu enggak bawa minum, nanti haus, belum tentu di sana ada yang jual. Bisa saja terjadi, tapi belum tentu demikian," kata Reti.
Orang tua sebaiknya menjelaskan pada anak konsekuensi saat sampah bercampur, misalnya sampah sulit diolah jadi kompos, kertas tidak bisa didaur ulang karena bercampur dengan sampah organik dan sebagainya.
6. Orang tua harus kompak
Perlu kekompakan orang tua jika ingin anak bisa mengelola sampah. Orang tua yang tidak kompak akan menimbulkan kebingungan pada anak. Sebagai contoh, ibu benar-benar membuang sampah pada wadah sesuai jenisnya. Namun ayah membuang sampah asal saja.
"Ini anak mau menyerap nilai yang mana? Biasanya anak akan lari pada hal yang lebih mudah," ujar Reti.
Orang tua perlu diskusi demi menemukan jalan tengah atau cara terbaik.
7. Rumus 3R
Menanamkan kebiasaan baik bukan hal yang mudah. Reti berkata orang tua bisa menggunakan '3R' yakni routine, ritual dan rule.
Routine, meski sederhana, mulai dari hal-hal kecil, lakukan secara rutin dan terus-menerus. Sebelum buang sampah anak diingatkan untuk melihat gambar petunjuk pada tempat sampah atau diingatkan langsung bahwa sampah kertas dimasukkan ke tong sampah warna tertentu.
Ritual, mirip dengan routine tetapi bedanya ritual berarti sudah ada keterlibatan emosional. Tiap ada acara ulang tahun, misalnya, anak diajak donasi tanam pohon atau kegiatan lain yang sesuai dengan nilai yang ingin ditanamkan.
Rule, saat sudah rutin, orang tua dan anak bisa berdiskusi 'do and don'ts' terkait nilai. Untuk memilah sampah, misal, ada kesepakatan warna tong sampah sesuai jenis sampah, libatkan anak untuk memberikan pendapat, membuat visual prompt atau poster yang menarik buat anak.
Itulah cara mengajarkan anak memilah sampah sejak kecil.