Sama seperti kedinginan, kekurangan oksigen juga bisa menjadi kecelakaan bagi pendaki pendaki pemula.
"Semakin tinggi gunung, semakin tipis oksigen. Setiap kenaikan 1.000 meter, oksigen berkurang 10 persen. Gejala kekurangan oksigen ialah pusing sampai muntah," kata Galih.
Pendaki wajib tahu kondisi badannya sebelum pendakian, sehingga bisa menyiapkan obat-obatan pribadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi yang belum terbiasa mendaki lebih dari satu jam juga sebaiknya berlatih dengan naik gunung yang di bawah 1.000 meter. Jika stamina sudah teruji, tak ada salahnya memulai perjalanan ke gunung yang lebih tinggi.
Seperti yang dijelaskan dalam poin ke-tiga, salah makan bisa menjadi alasan kedinginan hingga hipotermia.
Boleh saja makan mi instan, tapi jangan lupa untuk menambahnya dengan menu lain yang bergizi, semisal sayuran dan buah-buahan.
"Masaklah menu praktis yang bergizi tapi tidak terlalu banyak air, sehingga tak memberatkan barang bawaan. Oseng-oseng sayuran misalnya," kata Galih.
Mengenai konsumsi banyak gula yang disebut menjadi penambah tenaga saat pendakian juga tak begitu dibenarkan Galih.
"Mitos ini agak susah diterapkan bagi pendaki yang punya diabetes. Secukupnya saja, yang penting itu air putih," ujarnya.
Beberapa pendaki, dikatakan Galih, sering menolak makan dan minum karena mengaku malas buang air. Padahal buang air di gunung tidak ada salahnya, asal di tempat yang tidak mengganggu.
"Pendaki perempuan biasanya jarang makan karena enggan terlalu sering buang air. Siapkan saja jaket atau sarung panjang yang menutupi bagian bawah saat berjongkok, lalu sekop tanah untuk mengubur kotoran, dan spray air bersih untuk membersihkan alat kelamin usai buang hajat," katanya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...