Alasan Hanya Segelintir Pilot yang Boleh Mendarat di Bandara Paro

CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 18:30 WIB
Hanya segelintir pilot yang diizinkan mendaratkan atau menerbangkan pesawat dari "bandara paling berbahaya di dunia" ini. (Stockphoto/nyiragongo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Belum banyak yang tahu, kalau hingga saat ini hanya ada kurang dari dua lusin pilot yang diizinkan menerbangkan atau mendaratkan pesawat di Bandara Internasional Paro, Bhutan.

Medan bandara yang berbahaya membuat pilot harus memiliki jam terbang tinggi dan wajib mengantongi pelatihan khusus untuk mengangkut si burung besi ke bandara di salah satu negara terindah di dunia ini.

Bandara Internasional Paro juga sering masuk dalam daftar "bandara paling berbahaya di dunia", kadang bersama dengan Bandara Tenzing-Hillary di Lukla, Nepal.

Bandara ini berada enam kilometer dari kota Paro. Lokasinya di tengah lembah yang dibelah Sungai Paro Chhu.

Bandara Paro ialah satu-satunya bandara di Bhutan hingga tahun 2011. Saat ini ada Bandara Gelephu, Bathpalathang, dan Yongphulla yang beroperasi untuk penerbangan domestik.

Berada di ketinggian 5.486 meter di atas permukaan laut, bandara ini memiliki landasan pacu yang tak begitu panjang, hanya 1.964 meter.

Lokasi yang curam dan lintasan yang sempit menjadi alasan hanya segelintir pilot berizin yang bisa menerbangkan pesawat dari dan ke bandara ini.

Jangankan penerbangan malam, penerbangan siang saja sering terkendala cuaca buruk khas pegunungan, seperti hujan deras atau angin kencang.

Mengutip Simple Flying, selain medan dan cuaca, pilot juga harus lihai mengatasi keterbatasan fasilitas penerbangan di Bandara Internasional Paro.

Pertama, tidak ada radar untuk memandu pesawat turun di bandara. Pilot harus terbang sepenuhnya dengan mode manual, sesuai dengan prosedur pendaratan yang telah dirancang oleh pilot dan produsen pesawat yang berpengalaman.

Prosedur ini sekaligus menentukan pada kecepatan dan ketinggian mana pesawat harus berada di titik pemeriksaan tengara visual tertentu saat pilot melakukan pendekatan.

Oleh karena itu, butuh cuaca cerah bebas awan untuk pendaratan. Tapi kenyataannya, banyak penerbangan yang dibatalkan saat kawanan awan berarak di langit Paro.

Pilot juga perlu mewaspadai tiang listrik dan atap rumah warga di lereng bukit saat mereka bermanuver di antara pegunungan pada sudut 45 derajat sebelum mendarat dengan cepat ke landasan pacu.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Alasan Hanya Segelintir Pilot yang Boleh Mendarat di Bandara Paro


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :