Jakarta, CNN Indonesia --
Barangkali semakin sulit mencari ruang aman dan ramah buat anak. Kasus pelecehan seksual kembali terjadi dan dilakukan oleh guru ngaji di Padang, Sumatera Barat. Sebanyak 14 murid di bawah umur jadi korbannya.
"Usia anak yang disodomi ada yang 9 tahun hingga 11 tahun, dari pengakuan korban juga ada belasan anak yang ia sodomi, " terang Kasatreskrim Polresta Padang Kompol Rico Fernanda, Minggu (20/11).
Ini tentu jadi keprihatinan bersama sebab lingkungan pendidikan khususnya pendidikan agama seharusnya jadi tempat yang aman buat anak. Namun juga, ini bukan kasus pertama yang terjadi. Sudah sejak bertahun-tahun lalu, banyak kasus pelecehan seksual pada anak terjadi dan pelakunya adalah orang terdekat keluarga atau orang yang dipercaya atau dihormati keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog Mira Amir pun mengakui bahwa rumah pun tidak selalu aman. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Mira mengatakan kuncinya adalah rasa saling percaya. Anak percaya terhadap orang tua, begitu pula sebaliknya, orang tua percaya terhadap anak. Rasa percaya ini perlu dibangun sejak kecil.
"Kalau tanya secara teori, rasa percaya ini dibangun dari anak umur 0-1 tahun. Jadi orang tua itu hadir buat anak, reliable (bisa diandalkan), sehingga anak bisa percaya sama kita. Begitu anak bisa percaya kita, anak makin besar kita jadi orang tua yang percaya sama anak," jelas Mira pada CNNIndonesia.com saat dihubungi pada Selasa (23/11).
Anak-anak, lanjut dia, bisa menilai sesuatu dari apa yang mereka lihat. Dari apa yang mereka lihat, anak tahu ada yang salah, ada sesuatu yang berbahaya atau tidak baik. Mira berkata tiap individu memiliki 'alarm bahaya' di dalam dirinya.
"Anak 6 bulan dia bisa membedakan mana yang caregiver mana yang bukan. Anak yang sudah bisa jalan, misal mau turun dari kasur, dia berhenti dulu putar badan, [dengan kaki] dia mendeteksi bahaya. Pokoknya anak itu akan berhenti dulu, tidak akan langsung turun begitu saja," katanya.
Akan tetapi yang kerap terjadi, orang tua justru tanpa sadar membuat diri mereka berada di posisi tidak bisa dipercaya anak. Mira memberikan contoh, orang tua meragukan apa yang dikatakan anak.
Dia mengingatkan anak-anak justru lebih sulit berbohong. Kalau anak berbohong, berarti ada yang mengancam. Kemudian saat anak jadi manipulatif, artinya ancaman itu banyak dan besar.
"Anak umur 4 tahun dibilang 'Kamu kebanyakan imajinasi'. padahal orang tua enggak tahun mana yang imajinasi mana yang enggak. Anaknya jadi bingung dan merasa sudah ngomong tapi tidak dipercaya," ujarnya.
Padahal saat anak percaya terhadap orang tua, anak akan merasa dia aman bercerita apapun. Tak hanya itu, rasa percaya ini bisa dilihat lebih luas di mana anak percaya apa yang dia lihat dan dia rasakan. Tentu orang tua ingin anak terbuka, mau berbagi apa yang dirasakan, apa yang terjadi termasuk saat menemukan dirinya di tengah bahaya predator seksual.
[Gambas:Photo CNN]
Rasa percaya memang harus dibangun sejak kecil. Namun tidak ada kata terlambat untuk mengusahakan. Mira menekankan untuk memulainya dari hal yang sederhana yakni, mendengarkan anak. Sebagian orang tua merasa sudah membangun komunikasi yang baik dengan anak. Namun yang sebenarnya terjadi adalah orang tua melakukan komunikasi satu arah lewat siraman nasihat tiada henti dan anak tidak berkesempatan bicara. Mira kerap menemukan fenomena ini saat sesi-sesi konsultasi.
"Saya minta klien cerita. Dia bilang 'Saya nasehatin, harus gini, gitu', saya bilang itu salah besar. Pemahaman orang tua itu orang tua yang ngomong, kasih nasihat jadi cuma komunikasi satu arah. Anak itu bukan kurang nasihat, tapi anak butuh orang tua yang mendengarkan mereka," katanya.
Dia menyarankan untuk ajak bicara anak dengan nada netral. Sangat wajar orang tua marah atau ingin meluapkan emosi saat mengetahui anak melakukan perbuatan yang dianggap tidak baik, melanggar kesepakatan bersama. Namun sebaiknya saat mengajak anak bicara, gunakan nada yang netral, perlahan dan beri jeda.
"Orang tua yang banyak ngomong, ini mengganggu proses anak mencerna [informasi]," imbuhnya.