Jakarta, CNN Indonesia --
Kisah Rama-Shinta memang sudah akrab di benak khalayak. Namun jangan lupakan kisah Subali-Sugriwa yang juga jadi bagian dari Epos Ramayana.
Ingin 'berjumpa' dengan dua wanara atau kera keturunan dewa ini? Datang saja ke Gua Kiskendo.
Gua Kiskendo menjadi salah satu destinasi wisata di DI Yogyakarta. Berada di Kabupaten Kulon Progo, gua ini menawarkan gugusan stalaktit dan stalagmit, bersamaan dengan sepenggal kisah epos Ramayana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di balik kabut tipis Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, para niyaga menabuh alat musik gamelan mengiringi tembang pesinden. Sendratari Subali-Sugriwa pun dimulai.
Gua Kiskendo diyakini sebagai tempat Subali dan Sugriwa berperang melawan kakak beradik Mahesa Sura dan Lembu Sura dalam menyelamatkan Dewi Tara yang diculik dari Kahyangan.
Kisah itu disajikan dalam sendratari yang digelar pada Selasa (14/6) lalu. Sendratari ini rutin digelar sebulan sekali di amphiteater yang terletak di gerbang utama kawasan Gua Kiskendo.
Kisah ini berawal dari keinginan Mahesa Sura untuk memperistri Dewi Tara. Tapi lamaran ditolak, Mahesa Sura pun mengamuk. Ia mengajak Lembu Sura untuk menyerang Kahyangan dan menculik Dewi Tara.
Subali dan Sugriwa pun unjuk gigi. Mereka diminta para dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara dari penculikan. Di sini lah pertarungan sengit berlangsung. Pertarungan itu diyakini terjadi di Gua Kiskendo.
Dalam pertarungan, Subali meminta Sugriwa untuk menjaga Dewi Tara di mulut gua. Sementara dirinya harus berperang melawan Mahesa-Lembu Sura di dalam gua.
Dia berpesan pada Sugriwa bahwa jika nanti darah yang keluar dari gua berwarna merah, maka dialah yang menang. Namun jika darah yang keluar berwarna putih, dia yang kalah dan Sugriwa harus menutup mulut gua dengan batu besar.
Darah berwarna merah dan putih yang keluar dari gua membuat Sugriwa bingung. Ia berpikir bahwa Subali telah kalah. Ia pun menutup mulut gua dengan batu besar.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya..
Padahal, sesungguhnya Subali memenangkan pertandingan. Kecewa karena merasa dikhianati, Subali pun menendang batu yang sebelumnya menutupi mulut gua itu lalu kembali ke Kahyangan.
Mbah Slamet, juru kunci Gua Kiskendo, menunjukkan lubang di langit-langit gua. Lubang ini menembus hingga permukaan tanah, sehingga ada cahaya alami yang masuk. Inilah yang membuat masyarakat setempat yakin bahwa Gua Kiskendo adalah gua tempat pertarungan Subali dan dua bersaudara Mahesa Sura dan Lembu Sura.
Rona mistis yang melingkupi gua sanggup mengundang siapa pun untuk berdiam mencari ilham.
"[Mereka yang bersemedi] ada yang kepengin menjadi seni [seniman], ada yang kepengin menjadi pengusaha, ada yang kepengin menjadi petani ternak, petani cocok tanam dan sebagainya," ujar Mbah Slamet sembari menunjuk titik-titik lokasi pertapaan sesuai tujuannya.
Gua sedalam 1,5 meter ini kali pertama ditemukan pada 1820, lalu resmi dibuka sebagai destinasi wisata oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta pada 1987. Baru pada 2005, pengelolaan Gua Kiskendo diserahkan pada Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo.
Untuk menuju Gua Kiskendo, Anda perlu membawa kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan dari Kota Yogyakarta atau Wates. Anda juga bisa menginap di Kulon Progo agar perjalanan tidak terlalu jauh dan mahal.
Tiket masuk gua dibanderol sebesar Rp6 ribu dan Rp10 ribu untuk menyewa senter serta helm keamanan.
 Gua Kiskendo di Kulon Progo menawarkan keindahan arsitektur alam berupa gugusan stalaktit dan stalagmit. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Kontur gua yang beragam menuntut pengunjung dalam kondisi fit dan selalu berhati-hati. Di satu dua titik, Anda harus berjalan sambil membungkuk hingga jongkok karena batuan yang 'menjuntai' nyaris ke lantai dua.
Sementara untuk pertunjukan sendratari diselenggarakan tiap bulan, masih di area yang sama. Perpaduan wisata gua dan pertunjukan seni budaya memang jadi kekuatan Kulon Progo dalam hal pariwisata.
"Kulon Progo itu diuntungkan dengan culture dan nature-nya. Jadi budaya sangat kuat dan alam sangat mendukung. Itulah modal kami dan [oleh] karena itu [keduanya] akan kami kembangkan," kata Joko Mursito, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, di sela pertunjukan sendratari di hadapan rombongan Media Family Trip Grand Dafam Signature International Airport Yogyakarta.