PEKAN ASI SEDUNIA

Dokter Konselor Laktasi: Suplemen ASI Booster Ada Zat yang Bahaya

CNN Indonesia
Jumat, 04 Agu 2023 10:45 WIB
Berbagai suplemen dan obat-obatan herbal dengan iming-iming ASI booster kini banyak dijual. Harganya beragam, ada yang murah ada juga yang cukup mahal.( Istockphoto/ Amax Photo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Berbagai suplemen dan obat-obatan herbal dengan iming-iming ASI booster kini banyak dijual di pasaran. Harganya beragam, ada yang murah ada juga yang cukup mahal.

Suplemen dan obat-obatan herbal ini disebut terbuat dari bahan alami yang memang bisa meningkatkan produksi ASI. Tidak sedikit para ibu mencoba mengonsumsi suplemen dan obat herbal ini demi kelancaran ASI.

Faktanya Dokter umum konselor laktasi di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta Selatan, Fitra Sukrita Irsal menyebut konsumsi suplemen atau obat-obatan herbal untuk memperlancar ASI sebaiknya tidak dilakukan.

"Sebaiknya tidak digunakan, tidak ada rekomendasi dari tenaga medis manapun untuk mengonsumsi suplemen atau herbal yang diklaim bisa memperlancar produksi ASI," kata Fitra saat exclusive media interview tentang Tips Sukses Menyusui Bagi Ibu Bekerja, Kamis (3/8).

Menurut Fitri, obat-obatan herbal atau suplemen tersebut biasanya mengandung berbagai makanan yang dianggap bisa meningkatkan produksi ASI, misalnya daun bayam hingga katuk.

Persoalannya, saat dijadikan suplemen atau obat, daun-daun yang digunakan jumlahnya banyak dan seringkali dicampur zat kimia tertentu.

"Di sini masalahnya, sebab jumlahnya bisa berlebihan, untuk satu kapsul saja bisa banyak sekali. Belum lagi campuran kimia dalam proses pembuatan yang justru berbahaya untuk ASI yang diminum si kecil," katanya.

Oleh karena itu, Fitra menganjurkan sebaiknya para ibu mengonsumsi makanan-makanan tertentu yang dianggap bisa meningkatkan produksi ASI secara langsung. Misalnya, alih-alih minum suplemen daun katuk, akan lebih baik jika makan langsung sayur daun katuk.

"Lebih sehat, takarannya juga pas. Jadi sebaiknya hindari suplemen atau herbal. Selain harganya mahal, pasti ada kecenderungan penambahan zat kimia yang malah bahaya untuk si kecil," kata dia.

(tst/chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK