STAND UP COMEDY

Pandji Pragiwaksono: Melawak untuk Perbaiki Indonesia

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 12:20 WIB
Muncul sekitar tahun 2011, istilah stand up comedy semakin meledak di Indonesia. Pandji Pragiwaksono menggunakan media itu sebagai media pengkritik bangsa.
Ilustrasi: Pandji Pragiwaksono (CNNIndonesia/Fajrian)
Pandji pun berinovasi. Tahun 2013, ia menggagas tur stand up comedy ke 14 kota di Indonesia. Sukses itu, Pandji berpikir lebih global. Pria kelahiran Singapura, 18 Juni 1979 itu melebarkan turnya ke 11 kota di tujuh negara yang berbeda. Singapura, Melbourne, Adelaide, Brisbane, London, Amsterdam, Berlin, Guangzhou, Beijing, Los Angeles, dan San Francisco.

"Tur itu inisiatif saya sendiri, karena banyak mahasiswa Indonesia di negara luar yang minta didatangi. Jadi saya ajukan proposal ke Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Nama turnya 'Mesakke Bangsaku'," tutur Pandji menjelaskan.

Tinggal dua kota yang belum didatangi Pandji dan beberapa comic lain yang diajaknya bergabung. Los Angeles dan Francisco. Tapi Pandji berani mengklaim, ia menuai sukses di seluruh kota yang didatanginya. Tak ada kota yang gagal dibuatnya terpingkal-pingkal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apalagi waktu saya bikin guyonan tentang toilet yang enggak ada semprotannya. Sudah sembilan kota saya datangi, itu semua toiletnya enggak pakai semprotan. Padahal kita orang Indonesia kan enggak biasa pakai tisu doang," cerita Pandji. Saat ia melontarkan guyonan itu, seluruh penontonnya tertawa. Sebab, mereka semua juga merasakan hal yang sama.

Kebanyakan penonton Pandji memang pelajar asli Indonesia, atau mahasiswa asing yang mempelajari bahasa Indonesia. Tapi, pernah juga Pandji menemui penonton yang berusia lanjut.

"Di Adelaide, ada nenek tua, mungkin 68 atau 70 tahunan. Dia ketawa melulu," ujarnya. Di akhir pertunjukan, nenek itu menghampiri Pandji. "Kamu lucu sekali," komentarnya, seperti ditirukan Pandji untuk CNN Indonesia. Ia pun berterima kasih, sekaligus meminta maaf.

"Saya minta maaf kalau bercandanya terlalu kasar. Ternyata dia bilang itu biasa," lanjut Pandji. Guyonannya ternyata bukan hanya lintas negara, tetapi juga lintas generasi.

Kritik Bangsa dari Bawah Tanah sampai Tembok China

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER