Mimpi Sebesar dan Sekuat Gajah dari Elephant Kind

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 22 Mei 2015 17:29 WIB
Selain menjual dengan bentuk CD, mereka juga mencoba menyentuh pasar melalui bentuk digital seperti pada iTunes.
Elephant Kind. (Dok. Akun Instagram @iamyoshimi_ via akun Instagram @elephantkind)
Bayu dan kawan-kawan memilih untuk mengurusi semuanya sendiri. Mulai dari menghasilkan lagu, produksi album, hingga menjualnya ke pasaran. Namun meskipun mereka memilih untuk menjadi indie, namun mereka juga belajar dari musisi major/label.

"Kami belajar bisnisnya dari pihak label, tapi tidak dengan cara mereka memperlakukan seni," kata Bam. "Lagipula era teknologi saat ini memungkinkan indie untuk menyebarluaskan karya mereka," tambah Bayu.

Ilmu bisnis yang mereka pelajari bukan hanya sekedar teori. Mereka mencobanya sendiri terhadap karya mereka melalui album pertama mereka yang berbentuk album mini, Scenarios: A Short Film by Elephant Kind pada November 2014 yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rilisnya album tersebut diakui usaha penjajakan mereka meraba keinginan pasar musik di Indonesia. Mereka memulainya dengan memproduksi 1000 keping cakram padat (CD) dan menjualnya di beberapa gerai toko indie seperti di Pasar Santa ataupun di Blok M Square.

Selain menjual dengan bentuk CD, mereka juga mencoba menyentuh pasar melalui bentuk digital seperti pada iTunes.

Usaha mereka tak sia-sia. Terhitung April kemarin, 1000 keping yang diluncurkan November 2014 hanya tinggal menyisakan 300 keping. Sedangkan dari iTunes, telah terunduh lebih dari 1500 kali unduhan.

Kesuksesan mereka sejauh ini dapat dikatakan disebabkan konsep mereka yang cenderung berbeda ketimbang band indie pop lainnya. Secara cepat, mereka rupanya telah menyiapkan album pertama hingga ketiga secara bersamaan.

"Kami memilih untuk lebih menguatkan konsep untuk membedakan kami dengan band yang lain," kata Bayu. "Kami berkarya untuk membuat pasar baru, membuat alternatif baru itu goal utama, dan tidak pernah terpikir akan laku atau tidak,"

Konsep yang mereka angkat adalah mengenai kisah seseorang yang patah hati lalu kemudian memilih untuk mengakhiri hidupnya. Namun bukan berarti EK akan mengajarkan pendengarnya melakukan tindakan melanggar hukum tersebut, namun justru mencegah semakin banyaknya aksi bunuh diri.

Album kedua nanti rencananya akan berhubungan dengan sebelumnya, lalu kemudian akan dirangkum dalam sebuah film pendek. Kemudian album ketiga akan muncul dengan konsep kembali pada album pertama.

Konsep mereka rupanya banyak diminati oleh pecinta musik indie. Hal ini terbukti ketika mereka mengikuti rangkaian konser musik indie di Singapura, selepas itupun mereka kebanjiran pesanan album dan mulai bertambah pengikut di sosial media.

"Kami tidak ingin menyebut mereka fans, mereka menyukai seni yang sama dengan kami," kata Bayu. "Bahkan kalau sedang di-stalking, pengikut mereka lebih banyak ketimbang kami." tambah Bam sembari tertawa.

Saat ini, Elephant Kind memang belum banyak wara-wiri di layar televisi. Meski begitu, tawaran manggung masih terus datang kepada mereka yang juga memiliki pekerjaan lain di luar band. Dengan niat murni untuk berkarya dan menyalurkan hasrat bermusik, Bam dan kawan-kawan akan terus berjalan bersama band baru ini untuk menjadi sekuat dan sebesar gajah. (utw/utw)

HALAMAN:
1 2 3
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER