Jakarta, CNN Indonesia -- Layaknya sebuah tim, unit rock & blues asal Gang Potlot, Slank tak lengkap tanpa komponen sang manajer. Tak jarang manajer harus memotivasi tim agar tak gagal meraih prestasi. Merangkap manajer dan ibu kandung dari sang drummer Bimbim, Iffet Veceha Sidharta atau dikenal dengan Bunda Iffet pun pernah membimbing timnya dari titik terburuk.
Perempuan yang terjun ke manajemen Slank dari tahun 1996 ini membagi pengalamannya pada CNN Indonesia dalam merehabilitasi separuh dari Slank yang pernah menjadi penyalahguna narkoba. Menurut cerita Bunda Iffet, awal mula Bimbim dan Kaka memakai narkoba adalah ketika lilburan mereka ke Bali pada medio '90-an.
"Bimbim waktu itu jalan-jalan sama Kaka ke Bali, ternyata ada temannya di Bali bilang, 'Eh gue ada barang baru,'" katanya bercerita. Saat itu, Bimbim maupun Kaka tidak berniat menggunakan narkotika. Kaka berpikir itu bir china atau biasa disebut putaw che che. Ia dan Bimbim lantas mencobanya tanpa pikir panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahunya dia muntah-muntah dan pusing. Tapi habis bangun tidur dia langsung cari lagi, padahal muntah muntah," ujar Bunda Iffet. Sejak saat itu buah hatinya tak sama lagi.
Ditemui di markas Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta, Selasa (27/5) Bunda Iffet berkisah tentang usahanya menemani sang buah hati dan para sahabatnya sampai akhirnya berhenti memakai narkoba. Diketahui, Slank kini telah bersih. Mereka bahkan menjadi duta Badan Narkotika Nasional untuk memberantas narkoba.
"Sebelum dia berniat untuk sembuh itu biasanya kita susah untuk mengajaknya, dan pada waktu itu Slank sudah mengikrarkan diri, mau berhenti pakai narkoba. Di millenium baru mereka ingin Slank bebas narkoba, itu saya bantu," Bunda Iffet menuturkan. Tapi, lanjutnya, untuk berhenti, detoksifikasi, dan rehabilitasi tidak gampang. Butuh sekitar 10 hari, bahkan pada kasus tertentu bisa lebih.
"Setelah 10 hari itu dia bisa pakai lagi. Kalau dilepas begitu saja kita tidak tahu. Ini pun waktu kita lagi rehab dia (Bimbim) telepon bandar," ujar Bunda Iffet bercerita.
Perempuan 78 tahun itu juga mengisahkan bagaimana usaha Slank menolak bandar narkoba masuk ke markas mereka. Pada awal 2000-an ketika Bimbim, Kaka, dan Ivanka memutuskan untuk tidak lagi memakai narkoba, lingkungan Potlot pun mendukung dengan membentengi markas ini agar para bandar tak bisa menyusup.
Menurut kisah Bimbim, Bunda Iffet juga sampai harus menyita ponsel dan dompet mereka. Slank mendapat pengawalan ketat dari sekuriti ke mana pun mereka pergi. Slank bahkan harus vakum dari konser mereka, menunggu supaya proses detoksifikasi selesai. Potlot jadi semacam benteng sekaligus panti rehabilitasi.
"Dibantu polisi segala macam, banyak yang jaga. Jadi Bunda tidak kasih uang, tidak kasih HP. Dia pergi ke mana-mana dikawal. Kan waktu itu sementara kita vakum dulu, kita belum berani soalnya banyak orang masuk. Usaha paling parah itu menjaga biar bandar enggak masuk," ujar Bunda Iffet mengenang masa lalu.
Proses rehabilitasi Slank sendiri bukan sesi instan. Menurut Bunda Iffet, proses detoksifikasi sendiri berlangsung beberapa tahun, kemudian masuk tahap medis. Tak disangka, ternyata obat untuk organ hati yang terkena dampak narkoba tidak murah.
"Waktu rehab sudah dirumah aja, begitu selesai berapa tahun, udah sembuh baru ke medis. Nah itu yang mahal, pemakai narkoba itu kena di paru-paru dan hati. Itu yang kena. Kayak Bimbim itu dia sekali suntik Rp 35 juta," ucap Bunda Iffet lagi. "Virusnya di hati enggak mati, cuma disuntik sampai (badannya) betul-betul enggak kuat lagi disuntik," lanjutnya.
Pengalaman itulah yang mendorong Slank kini bekerja sama dengan BNN untuk menyosialisasikan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Program itu memungkinkan penyalahguna narkoba tak dijerat hukum, melainkan direhabilitasi hingga sehat dan tidak dipungut biaya. Bunda Iffet sendiri menyarankan pada orang tua yang mengalami hal serupa dengannya supaya sabar dan memberi contoh melalui tindakan.
"Percuma kita ngomong sama orang pakai narkoba, itu enggak masuk di otaknya. Bukan masuk kuping kiri keluar kuping kanan, tapi enggak masuk sama sekali. Jadi lebih baik kita kerja tapi tidak pake mulut," ujarnya yakin.
Ia sendiri butuh waktu untuk masuk ke otak personel Slank. Pakai narkoba sejak 1994, baru dua tahun kemudian Bunda Iffet mencoba masuk. "Dari 1996 sampai 2000 Bunda enggak pake ngomel, kalau mau bangunin saja dua jam, karena orang narkoba kan harus pakai dulu. Tapi kita enggak bisa maksa atau nyuruh. percuma, capek," katanya sembari tersenyum.