Jakarta, CNN Indonesia -- Sekalipun bola panas tema 1965 terus bergulir sedari Jumat lalu (23/10) hingga hari ini (25/10), panitia Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), diwakili Hanna Nabila, memastikan acara ini tetap dibuka sesuai jadwal, pada Rabu (28/10) mendatang.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, beberapa agenda UWRF yang meliputi tiga diskusi panel, pemutaran film, pertunjukan seni, dan peluncuran buku bertema 1965 dibatalkan panitia setelah berdiskusi dengan Mapolres Gianyar, pada Jumat (23/10).
Hanna mengaku tidak tahu alasan pasti pemerintah lokal meminta acara-acara itu dibatalkan. Jika soal keamanan, ia tak bisa memahami apa yang ditakutkan jika tema itu diungkit kembali dalam diskusi terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"UWRF ini kan sebagai wadah terbuka, kami tidak ada hubungannya dengan politik. Kami membuka diskusi justru untuk menghormati para korban," ujar Hanna. Namun setelah diskusi sejak program diumumkan sampai detik-detik terakhir, pihaknya pun mengalah.
Dihubungi CNN Indonesia melalui sambungan telepon, pada hari ini (25/10), Hanna menyatakan panitia akan secepatnya menyampaikan pernyataan resmi soal perubahan agenda, “Diusahakan lebih cepat, mungkin Senin besok atau Rabu saat pembukaan.”
Sejauh ini, menurut Hanna, belum ada agenda baru untuk menggantikan beberapa agenda bertema 1965 yang dibatalkan, termasuk pemutaran film The Look of Silence karya sutradara Joshua Oppenheimer.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Bali menyatakan pelarangan seluruh sesi 1965 di (UWRF) yang bakal digelar 28 Oktober-1 November dilakukan atas pertimbangan Kapolres Gianyar selaku penanggung jawab keamanan di lokasi acara digelar.
Kepada CNN Indonesia, Kapolda Bali Inspektur Jenderal Sugeng Priyanto, hari ini (25/10), menyatakan keheranannya, “Acara berkesenian, kok tiba-tiba ada diskusi tentang PKI dan 1965. Saya tidak tahu kalau ada acara diskusi PKI dan politik di dalamnya.”
(vga/vga)