'Menyontek' Proses Menulis Novel Erotis '50 Shades of Grey'

CNN Indonesia
Minggu, 01 Nov 2015 00:16 WIB
Penulis 50 Shades of Grey, E.L James, mengakui novel larisnya merupakan fan fiction Twilight.
Ilustrasi menulis (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di luar negeri, tidak sedikit novel yang diawali dari fan fiction. Bahkan hasilnya bisa lebih kondang dari novel laris yang pernah ia jadikan inspirasi untuk menulis.

Yang paling terkenal sebut saja '50 Shades of Grey'. Seperti diakui sang penulis, E.L. James, buku itu diawali dari fan fiction Twilight. James bahkan awalnya menamai tokohnya sama, Bella Swan dan Edward Cullen.

Meski kisahnya jauh berbeda, James dan penulis Twilight, Stephenie Meyer, bisa dirasakan punya teknik yang sama. Mereka menulis dari sudut pandang orang pertama dan tokoh utamanya adalah perempuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meyer bahkan batal menerbitkan novelnya dari sudut pandang sebaliknya, karena James lebih dahulu melakukan hal yang sama dalam Grey.

Salah satu penulis muda Indonesia, Norman Erikson Pasaribu mengakui, fan fiction merupakan cara paling bagus untuk memulai menjadi penulis. Ia pun dulu mengalaminya.

"Dulu saya menulis fan fiction Harry Potter, buat seru-seruan saja. Sekarang pun naskahnya enggak tahu di mana dan enggak diterbitkan," katanya bercerita, saat berbincang dengan CNN Indonesia di Ubud, Bali, belum lama ini.

Menurutnya, itu bisa mengasah kemampuan menulis. "Itu bagus, bisa dibilang itu respons orang yang tergerak setelah membaca suatu cerita kan," ujarnya. Hasilnya bisa menjadi cerita yang berbeda, atau versi lain dari cerita yang menjadi inspirasinya untuk menulis.

Di Indonesia, ia pernah menemui situs fan fiction, salah satunya soal Harry Potter. Namun kalau pun ada yang "jadi," tidak banyak yang mengakuinya sebagai fan fiction.

"Fifty Shades pun, kalau E.L. James enggak bilang itu fan fiction Twilight kita enggak akan tahu kan? Di Indonesia mungkin tidak terlalu beken karena orang yang menulis memutuskan rewrite itu menjadi cerita lain."

Lagipula, menulis fan fiction menurutnya bakal bermasalah dengan hak cipta, terutama jika bukunya kemudian benar-benar diterbitkan. Itu jadi kendala baru penulis.

"Misalnya saya mau menulis fan fiction Super-Man, tapi harus izin dulu ke pembuatnya. Itu kan ribet," tutur Norman.

Meski begitu, ia tetap melihat sesuatu yang positif dari fan fiction dan bisa diterapkan untuk penulisan secara umum. Kuncinya adalah membaca. Orang tergerak menulis fan fiction karena membaca cerita yang menginspirasinya.

"Jadi kalau mau memulai menulis, intinya ya membaca. Kalau suka buku, perlahan-lahan pasti akan tergerak menulis," ujarnya tegas.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER