Jakarta, CNN Indonesia -- Inspektur Jendral akan datang. Ibukota Kerajaan Astinapura mengirimkan Inspektur Jendral untuk menyelidiki kota kecil ini dengan alasan Astinapura akan berperang melawan Amarta.
Ananta Bura (Budi Ros) sang walikota seketika pusing tujuh keliling menerima kabar tersebut.
Seketika kota terpencil yang dipenuhi pejabat korup, gempar. Hakim, kepala kesehatan, penilik sekolah, kepala kantor pos, polisi, hingga dua pria kembar bernama Nakuli dan Sadiwi tak ada yang tak korupsi. Mau apa Inspektur Jendral datang ke tempat yang jauh dari ibukota? Kapan dia datang?
Saat para pejabat gaduh bersiasat agar korupsi mereka tak ketahuan Inspektur Jendral, Nakuli (Sir Ilham Djambak) dan Sadiwi (Asmin Timbil) datang tergopoh-gopoh.
Dia memberi laporan ada orang muda datang dari ibukota, tampangnya terpelajar, sudah dua pekan menginap di hotel, belum bayar semalam pun.
Semua sepakat si laki-laki muda bernama Anta Hinimba (Rangga Riantiarno) adalah Inspektur Jendral yang datang sengaja tanpa pemberitahuan untuk menyelidiki para pejabat kota itu.
Satu demi satu pejabat datang menghadap Anta Hinimba sambil menyelipkan uang agar korupsinya tak dilaporkan ke ibukota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ada pejabat yang tak meninggalkan uang, Anta terang-terangan meminta, tapi bilangnya “pinjam” dan berjanji akan dikembalikan.
Yang terakhir datang adalah walikota Ananta Bura. Dia memberikan uang sangat banyak pada Anta Hinimba serta meminta pemuda ini tinggal di rumahnya. Di rumah walikota, Anta Hinimba merayu istri dan putri walikota, hingga akhirnya bermaksud menikahi putri walikota.
Sementara itu, sebagian masyarakat, termasuk pedagang, menuntut agar walikota diganti. Momen kehadiran Inspektur Jendral di kota ini digunakan agar suara mereka cepat sampai ke ibukota.
Namun sekali lagi kabar mengejutkan datang. Anta Hinimba ternyata bukan Inspektur Jendral. Kepala Kantor Pos, yang selalu membukai setiap surat, mendapatkan surat dari Anta Hinimba yang sesungguhnya. Isinya, dia baru saja mengelabui seluruh pejabat di kota itu.
Anta Hinimba sendiri sudah dari tadi pagi angkat kaki dari rumah walikota, hendak ke rumah pamannya di kota lain. Semua pejabat panik. Semakin panik ketika terdengar genderang kerajaan mengiringi Inspektur Jendral yang asli datang.
Produksi ke-142 Teater Koma,
Inspektur Jendral: K.P.K (Kalau Penguasa Kacau) dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, 6-15 November 2015. Disutradarai N. Riantiarno, cerita kali ini mengadaptasi Revizor karya Nikolai Gogol (1809-1852).
Pertunjukan ini menghadirkan konsep dunia wayang dengan teknik modern. Tiga gunungan jadi latar belakang panggung. Wayang kulit dijajarkan di bibir panggung.
Sebagaimana kisah wayang yang punya panakawan, Inspektur Jendral juga menghadirkan panakawan, lima perempuan dengan dandan meriah. Mereka adalah Limbik (Tuti Hartati), Canguk (Rita Matu Mona), Plitit (Daisy Lantang), Srikayon (Ratna Ully), dan Bunguk (Angga Yasti) yang tergabung dalam Pasukan Elit Canguk.
Di dalam lakon ini mereka ingin mengganti walikota tapi akhirnya kalah melawan meriam dan karabin. Perang melawan korupsi jadi perang seumur hidup di kota kecil itu.
Ketika lakon
Revizor atau
The Government Inspector atau
The Inspector General pertama kali dipentaskan pada 19 April 1836, masyarakat Kekaisaran Rusia geger. Segera terbentuk dua kubu. Yang satu dipimpin jurnalis Faddey Bulgarin, pendukung otoritas kekaisaran, menyerang habis-habisan karya Nikolai Gogol itu karena dianggap kritik vulgar terhadap pemerintahan.
Satu kubu lagi dipimpin Alexander Pushkin, penulis terkemuka dan sahabat Gogol, menganggap naskah parodi tingkah laku para pejabat Kekaisaran Rusia itu sebagai salah satu lakon komedi terbaik Rusia. Terbilang aneh ada naskah yang bisa dipentaskan berkat bantuan Tsar Nicholas I, pemimpin Kekaisaran Rusia ketika itu.
Revizor, yang diilhami kisah pribadi Pushkin, mengalami sejumlah perubahan hingga tahun 1842. Dampaknya begitu mendalam di dunia sastra Rusia hingga ada kritikus sastra berpendapat bahwa Rusia hanya punya satu lakon komedi, yaitu
Revizor.
Naskah ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Ada versi komedi musikal Hollywood
The Inspector General (1949) yang dibintangi komedian Danny Kaye, berlatar masa pemerintahan Napoleon di Prancis. Usmar Ismail membuat film
Tamu Agung (1955) yang merupakan saduran bebas lakon ini.
Teater Populer juga mementaskan Inspektur Jendral (1970) yang disutradarai Teguh Karya dan ikut dimainkan N. Riantiarno. Berpijak pada naskah Teater Populer inilah N. Riantiarno membuat naskah untuk pementasan Teater Koma sekarang.