Jakarta, CNN Indonesia -- "Kenapa harus ada hidup kalau hanya ada kekalahan dan kesedihan?" Pertanyaan inilah yang memenuhi benak Nay (Sha Ine Febrianti) kala bergelut dengan beribu masalah dalam hidupnya.
Kisah hidup Nay dan segala permasalahannya terangkum getir dalam film berjudul sama,
Nay, garapan Djenar Maesa Ayu. Film ini dapat ditonton masyarakat di bioskop-bioskop mulai hari ini (19/11).
Sama seperti film Spanyol,
Buried, yang hanya mengambil satu lokasi syuting—di bawah tanah, begitu pula
Nay. Namun bedanya, Nay hanya duduk di dalam mobil, sambil sesekali berdialog via telepon mobil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dialog dan monolog silih berganti mengisi adegan demi adegan dalam film yang digarap dengan konsep penggalangan dana masyarakat (
crowdfunding). Sepanjang film, Nay terus mengoceh tentang hidupnya.
Nay mengoceh sembari mengendarai mobil mewah dilengkapi
dashboard berfitur modern yang bisa mendeteksi perintah suara dan menyambungkan ponsel dengan sistem komputer mobil lewat koneksi
bluetooth.
Tanpa perlu repot-repot menggenggam ponsel, cukup menekan tombol di
dashboard, Nay bisa leluasa bercakap-cakap dengan orang-orang terdekat, mencurahkan segenap perasaan dan problem hidupnya.
Sekalipun mengendarai mobil mewah, Nay tak merasakan kebahagiaan. Hidupnya dipenuhi kegetiran. Semasih belia, ia diperkosa pria-pria tak bertanggung jawab. Beranjak dewasa, ia dihamili kekasih sendiri.
Suatu malam, Nay pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan, dan ternyata sudah berumur 11 minggu. Dilanda kekalutan, ia segera menghubungi pacarnya, Ben (Paul Agusta), meminta pertanggungjawaban.
Perdebatan sengit antara Nay dan Ben pun tak terelakkan. Sembari berkendara, Nay berdebat soal janin di dalam kandungannya, namun sang kekasih malah memperlihatkan sikap tidak peduli.
Gemerlap cahaya lampu yang menghiasi setiap ruas jalan yang dilalui Nay, tak juga membuat perasaannya menjadi lebih baik. Nay malah semakin galau dan bingung harus melakukan apa.
Tiba-tiba, Nay teringat sosok ibunya yang jahat dan tidak memedulikan dirinya. Nay pun mengejek ibunya, seolah perempuan yang telah melahirkan ia di dunia itu duduk di sebelahnya.
Selama bermonolog, Nay terus mengolok-olok ibunya, yang wujudnya sama sekali tak terlihat. Di tengah kegalauan, Nay mendapat kabar gembira via telepon dari seorang produser film.
Di satu sisi, Nay berbahagia menerima tawaran bermain film bertaraf internasional. Namun di sisi lain, ia bingung, bagaimana bisa melakukan syuting jika dirinya dalam keadaan hamil.
Akhirnya, ia menghubungi sang sahabat, Adjeng (Cinta Ramlan), untuk meminta saran. Namun Adjeng malah menyarankan Nay menggugurkan kandungan. Kebingungan Nay kian menjadi-jadi.
Nay bimbang: memilih karier di dunia akting, atau buah hati yang dikandungnya. Berkali-kali Nay beradu mulut dengan Adjeng terkait keputusan yang memberatkan hidupnya, namun sepertinya tidak membuahkan hasil.
Pada akhirnya, Adjeng memberikan saran yang mengagetkan Nay. Perempuan yang sebentar lagi menjadi ibu ini bingung harus berbuat apa: mengikuti saran Adjeng atau mengikuti kata hatinya.
Nay layaknya potret perempuan yang tak mendapatkan perlakuan baik dari ibunya sendiri, hingga mengalami trauma. Padahal ia sendiri bersiap menjadi ibu.
Sejatinya seorang ibu berperan besar mendidik anak sebaik mungkin agar kelak berbakti dan menjadi "debu di bawah telapak kaki ibu yang terbawa ke surga."
Karakter Nay, perempuan dengan seribu masalah, diperankan Ine dengan cemerlang. Tak heran, Ine memang pemain watak tulen yang tak hanya berkibar di ranah sinema, juga arena teater.
Tanpa perlu ruang berlebihan, cukup di kursi pengendara mobil, ia mampu berakting maksimal. Mengubah ekspresi wajahnya, dari senang sampai susah, semudah memencet tombol komunikasi di
dashboard.
Film
Nay layak diklasifikasikan untuk penonton 17 tahun ke atas, karena karakter utamanya, Nay, kerap memaki dan memberondong kata-kata kasar. Luapan emosional apa adanya khas Djenar Maesa Ayu.
[Gambas:Youtube] (vga/vga)