Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan zaman yang jadi serba digital dikhawatirkan akan membunuh era cetak. Selama bertahun-tahun, pencinta buku cemas hiburan favorit mereka itu akan menjemput ajal. Namun ternyata, buku tidak akan mati.
Menurut survei di industri buku yang dilakukan The Publishers Association, penjualan buku fisik belakangan ini meningkat untuk pertama kalinya sejak ditemukannya buku elektronik. Sementara penjualan digital justru mengalami penurunan belakangan ini.
Sepanjang 2015, penjualan buku fisik di Inggris Raya meningkat sampai 2,76 miliar poundsterling atau Rp53 triliun. Tahun sebelumnya, penjualan itu hanya mencapai 2,75 miliar poundsterling atau Rp52 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara penjualan buku elektronik sepanjang 2015 menurun dari 563 juta pounsterling (Rp10,8 triliun) menjadi 554 juta poundsterling (Rp10,6 triliun). Itu tahun pertama kejatuhan penjualan sejak 2011.
"Mereka yang membuat prediksi tentang kematian buku mungkin menyepelekan berapa banyak orang yang mencintai kertas," kata Stephen Lotinga, pemimpin The Publishers Association, dikutip Telegraph.
Naiknya penjualan buku fisik disebut-sebut karena akhirnya pembaca menyadari betapa nikmat membaca kertas yang sudah dicetak, ketimbang menatap layar monitor. Itu juga dipengaruhi buku nonfiksi gaya hidup, yang tidak diterjemahkan dengan baik ke digital.
Selain itu, menjamurnya buku mewarnai untuk dewasa juga berpengaruh. Tahun lalu, penjualannya meledak, bersamaan dengan buku panduan memasak dan buku humor.
Munculnya buku-buku yang ditunggu pun berpengaruh terhadap penjualan. Misalnya, edisi hardcover buku
Go Set A Watchman milik Harper Lee. Buku itu menjadi terlaris, seperti halnya
The Girl on the Train Paula Hawkins.
Melesatnya penjualan buku juga diakui manajer penerbit Penguin General Books, Joanna Prior. Ia mengatakan, "2015 merupakan tahun pertama setelah sekian lama penjualan buku di Inggris Raya mengalami peningkatan."
"Bagaimana pun, itu juga merupakan tahun pertumbuhan penjualan buku digital akhirnya mengalami titik balik, menyusul penjualan yang melemah sepanjang tahun sebelumnya," Prior lanjut mengungkapkan.
Ia mengakui, baik peningkatan di penjualan fisik maupun penurunan penjualan digital memang angkanya kecil. Namun itu bisa menjadi prediksi atas tahun-tahun ke depan.
"Saya berpikir bahwa pemikiran tentang matinya buku fisik sekarang jelas bisa disangkal karena kita bertransaksi dengan lebih sedikit saraf di dunia yang lebih stail dan multi-format ini," ujar Prior melanjutkan.
Sementara Anna Bond, direktur penjualan untuk Inggris Raya dari penerbit Pan Macmillan menyebut 2015 merupakan tahunnya buku-buku fisik kembali bertarung.
"Itu juga tahun kesenangan buku-buku fisik yang indah, tidak hanya tentang mewarnai, maju ke barisan terdepan," katanya. Ia menegaskan, fakta itu seharusnya bisa menjadi indikasi bagi industri buku untuk lebih percaya diri menjembatani format buku yang beragam dengan para pembacanya.
Di Inggris Raya, buku terlaris masih dipegang oleh erotika karya EL James.
Grey: Fifty Shades of Grey as Told by Christian alias sisi pria Fifty Shades Grey masih merajai rak buku dengan terjual sampai lebih dari sejuta eksemplar.
Bukan mustahil gairah buku fisik tahun lalu masih berlanjut hingga tahun ini.