Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Tim Steiner merelakan tubuhnya untuk ditato satu dekade lalu, ia tahu dirinya hanya menjadi ‘kanvas’ sementara. Yang menatonya adalah seniman terkenal asal Belgia, Wim Delvoye. Ia pernah membuat kontroversi karena menato tubuh babi.
Sementara babi-babi itu mendapat tulisan di tubuhnya, punggung Steiner digambari ‘Bunda Maria’ dengan lingkaran cahaya di kepalanya, tengkorak kepala ala Meksiko, burung layang-layang, bunga mawar, ikan, anak-anak, dan bunga teratai. Butuh 40 jam menuntaskannya.
Tapi itu bukan miliknya pribadi. Pada 2008, karya yang disebut TIM itu dijual ke kolektor seni asal Jerman, Rik Reinking. Steiner, mengutip Independent, mendapat sepertiganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai ‘kanvas,’ Steiner memamerkan karya itu ke mana-mana setiap kali ia membuka baju. Secara resmi, terkadang ia juga diundang ke beberapa galeri. Betapa cerdas Delvoye, karena pamerannya tak terbatas waktu dan lokasi. Selama Steiner masih ada, karyanya berharga.
Tapi ternyata, ‘pameran’ hidup itu pun tidak akan selesai setelah Steiner menutup usia. Menurut perjanjian yang ada, ia harus rela dikuliti setelah meninggal dunia. Kulit berisi karya seni tato yang berharga itu akan dipigura dan disimpan di antara koleksi Reinking.
Uniknya, Steiner tak masalah dengan itu.
“Karya seninya ada di punggung saya. Saya hanya seseorang yang membawanya ke mana-mana,” kata Steiner, pria 40 tahun asal Zurich itu. Ia menyadari, “Kulit saya milik Reinking sekarang. Punggung saya adalah kanvas. Saya adalah pigura temporernya,” ia melanjutkan.
Steiner tidak menganggap apa yang diyakininya itu ‘mengerikan.’ “Itu relatif,” ujarnya.
“Ini konsep lama. Di sejarah tato Jepang, ini sudah dilakukan berkali-kali. Jika nantinya [kulit bertato] itu dipigura dengan bagus dan terlihat indah, saya pikir itu bukan ide buruk,” ia mengatakan. Dengan apa yang dilakukannya, ia juga mewakili suara seniman tato.
“Seniman dan pemilik tato adalah seniman luar biasa yang tidak pernah benar-benar diterima di dunia seni kontemporer. Melukis di kanvas adalah satu hal. Melukis di kulit dengan jarum adalah cerita yang berbeda lagi,” kata Steiner, membanggakan tato di tubuhnya.
(rsa)