ULASAN BUKU

'Drupadi': Perempuan yang Berjuang Melawan Suratan

CNN Indonesia
Minggu, 19 Feb 2017 17:20 WIB
Seno Gumira Ajidarma merekonstruksi kisah Drupadi, dan menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak ada artinya tanpa perjuangan.
Seno Gumira Ajidarma menerbitkan buku terbarunya berjudul Drupadi. (Foto: CNN Indonesia/Rahman Indra)
Usai menunjukkan keberanian untuk dirinya sendiri, Seno lalu mengambil kisah lanjutan dengan menunjukkan Drupadi juga memberdayakan perempuan lain di sekitarnya. Pada Subadra, anak Arjuna, dan Utari istri dari Abimanyu (anak ke-dua Arjuna), ia menyampaikan pesan yang sarat makna akan kekuatan perempuan.

'Di dunia ini kaum lelaki selalu merasa dirinya paling menentukan. Cobalah kita perempuan mengambil tindakan, maka mereka akan kelimpungan.' (hal 99)

Ungkapan yang disampaikannya itu makin mempertegas sosok Drupadi sebagai perempuan yang berdaya. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang di sekitarnya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keperkasaan yang melekat di dirinya ini-lah yang kemudian menimbulkan pendapat bahwa ada unsur feminisme yang diusung Seno lewat bukunya ini. Bahwa Drupadi adalah seorang sosok pejuang perempuan yang menunjukkan bahwa dirinya bukanlah yang selalu mengalah, tapi berjuang dan punya daya melawan. Bahkan, termasuk melawan pada suratan yang sudah digariskan padanya. 

Disertai gambar Danarto

Kisah menggugah akan Drupadi itu menjadi satu di antara kekuatan buku Seno kali ini. Kekuatan lainnya adalah ketika penceritaan itu disertai sejumlah gambar hasil karya seniman Danarto. Beberapa gambar itu ditempatkan di beberapa bagian cerita, ada yang menyerupai Drupadi, Pandawa, adegan perjudian Kurawa, hingga Drupadi dengan lima suaminya.

Dari semua gambar, yang paling mencolok adalah gambar dua halaman yang menunjukkan sosok Drupadi yang berdiri tegak di hadapan sejumlah Pandawa (hal 95).

Gambar ini tampak kuat bercerita tanpa harus dijejali kata-kata. Di bagian bawah gambar ini dibubuhi dengan nama Danarto, dan tahun pembuatan yakni 2014.

Bicara soal tahun pembuatan, karya Drupadi ini sebenarnya bukanlah karya baru Seno. Bagian satu hingga empat diambil dari tulisannya yang pernah terbit di Majalah mingguan Zaman, dari edisi 14 Januari hingga 11 Februari 1984. Kisah Kausika, di bab ke-lima diambil beberapa bulan setelahnya, yakni Desember 1984. Kisah lanjutan itu melompat jauh 16 tahun kemudian, pada bagian ke enam hingga ke-10 yang ditulis Seno pada 2000-an.

Dari riwayat penulisan cerita ini tampak bagaimana upaya Seno menjaga melanjutkan ceritanya tentang Drupadi dalam rentang waktu yang cukup lama jedanya. Dari ketika ia mengisahkan Drupadi belia dan diperebutkan Pandawa dan Kurawa, menjadi istri lima Pandawa, dipertaruhkan di meja judi, diasingkan, dipertaruhkan lagi hingga kemudian menemui ajalnya.

Menikmati kisah Drupadi di tangan Seno seperti membayangkan akan sosok perempuan yang tidak hanya cantik tapi juga cerdas dan pemberani. Bahwa ia tidak hanya menerima suratan yang ada padanya, tapi juga berjuang. Sesuatu yang membuatnya menarik untuk dibaca sampai akhir.

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER