Ketika Amerika Serikat belum membuka bioskop secara masif di tengah pandemi Covid-19, industri layar lebar Korea Selatan, China, dan Jepang sebagai pasar film terbesar dunia setelah Negeri Paman Sam mulai bergeliat.
Negara-negara Asia itu sesungguhnya merupakan yang paling awal terdampak virus corona. Ketiga negara ini pula yang lebih dulu terpaksa menutup banyak tempat hiburan, seperti bioskop, bahkan "lockdown" demi meredam penyebaran Covid-19.
Kini, tiga negara Asia timur itu pula yang lebih dulu mampu bangkit secara perlahan dibandingkan pasar film besar lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebangkitan ini terbukti dari banyak bioskop yang kembali beroperasi dalam beberapa pekan, bahkan hampir dua bulan terakhir. Selain itu, jumlah penonton pun terus meningkat.
Tiga negara ini memiliki cara masing-masing dan beberapa kesamaan untuk membuat bioskop tetap hidup.
Korea Selatan dan Jepang memilih hanya menutup bioskop yang berada di kawasan berisiko tinggi virus corona (kawasan merah). Penutupan tersebut berlangsung selama beberapa bulan sejak akhir Februari atau awal Maret lalu.
China sebagai negara pertama yang terdampak virus corona memilih untuk menutup semua atau sekitar 70 ribu bioskop di sana sejak Februari.
Perbedaan situasi mulai terlihat jelas pada April. Kala itu, pemerintah Korea Selatan mulai melonggarkan aturan jaga jarak karena jumlah kasus baru Covid-19 tak bertambah signifikan. Korsel bahkan sempat tak melaporkan kematian baru dalam beberapa pekan.
Tiga jaringan bioskop terbesar di Korea Selatan, yaitu CGV, Lotte, dan Megabox lantas mulai kembali beroperasi pada akhir April.
Hal serupa juga berlaku di Jepang. Melansir Variety, bioskop mulai kembali beroperasi setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mengangkat status darurat nasional di 34 prefektur berisiko rendah infeksi Covid-19 pada 11 Mei.
Jaringan bioskop terbesar di Jepang, Toho Cinemas, menyambut baik hal itu dengan kembali membuka 10 bioskop di 34 kawasan tersebut pada 15 Mei. Aeon Cinemas juga mulai kembali beroperasi pada 18 Mei.
Sementara itu, bioskop-bioskop yang terletak di 13 kawasan merah, seperti Tokyo dan Osaka, masih ditutup hingga akhir Mei.
China juga menerapkan sistem serupa. Setelah melewati yang diduga gelombang kedua wabah virus corona, ratusan bioskop di kawasan hijau China mulai beroperasi pada 20 Juli.
Namun, bioskop di China dan Jepang diharuskan menutup kembali operasi mereka jika kasus infeksi virus corona kembali meningkat.
Pembukaan kembali bioskop di tiga negara tersebut disertai dengan sejumlah protokol keamanan dan keselamatan.
Para pelaku industri bioskop dan film bersama Dewan Perfilman Korea, selaku perwakilan pemerintah, membuat aturan keselamatan seiring dengan pengoperasian kembali bioskop.
Pengunjung dan petugas bioskop tetap wajib jaga jarak dan menggunakan masker. Penonton bahkan dilarang berbicara, makan, dan minum selama di bioskop demi mencegah penyebaran virus. Disinfektasi juga harus dilakukan sebelum dan setelah penayangan film.
Sementara itu, bioskop Jepang juga mengatur jarak kursi untuk mengamankan jarak sosial, serta menggunakan layar plastik bening untuk membatasi interaksi pengunjung dengan staf.
![]() |
Di belahan lain, bioskop di China ternyata tak hanya mengatur jaga jarak, penggunaan masker, serta larangan makan dan minum. Asosiasi Film China juga mengatur film-film yang boleh diputar di bioskop maksimal berdurasi dua jam.
Asosiasi Film China juga mewajibkan bioskop ditutup kembali apabila jumlah kasus di wilayah tersebut meningkat.
Keputusan tersebut diterapkan di Dalian yang terpaksa menutup kembali bioskop kembali setelah satu karyawan berusia 58 tahun di pabrik olahan makanan laut di kawasan tersebut dinyatakan positif corona pada Rabu (22/7).
Penutupan bioskop membuat semua film yang direncanakan tayang pada Kamis (23/7) dibatalkan dan penjualan dihentikan.
Bioskop kini dalam tahap pengembalian dana bagi penonton yang telah memesan tiket jauh-jauh hari. Jaringan bioskop lokal, seperti Wanda, harus mengembalikan lebih dari 9 ribu tiket akibat penutupan tersebut.
Bicara soal film, corona membuat sejumlah karya baru Hollywood tunda tayang. Bioskop-bioskop di Korea Selatan, China, dan Jepang akhirnya mengandalkan penayangan film-film lawas serta film lokal.
China, misalnya, menayangkan restorasi 4k Harry Potter and the Sorcerer's Stone, 1917, Little Women, Avengers, Coco, Call of the Wild, Jojo Rabbit, Inception, Avatar, dan Interstellar.
Bioskop Jepang bahkan menayangkan film Ben Hur (1959) dan The Wizard of Oz (1939), Bonnie and Clyde (1969), East of Eden (1955), serta The Towering Inferno (1974) di awal-awal pengoperasian kembali bioskop.
Kini, bioskop Jepang seakan kembali bernapas normal dengan perolehan box office mencapai lebih dari 3 miliar yen atau sekitar Rp413,1 miliar untuk film lokal bertajuk
![]() |
Korea Selatan juga hingga kini masih menayangkan film-film lawas, seperti waralaba Batman, untuk menarik perhatian penonton.
Di samping itu, mereka turut menayangkan banyak film lokal, seperti Intruder yang menjadi film pertama berhasil mendapatkan lebih dari 500 ribu penonton, disusul dengan Innocence, serta #ALIVE.
#ALIVE menjadi film pertama yang mampu menjual lebih dari 1 juta tiket. Catatan itu kemudian disalip dengan Train to Busan 2: Peninsula yang meraup untung dari penjualan lebih dari 3 juta tiket dalam dua pekan sejak tayang pada 15 Juli.
Pemerintah setempat juga menjadi salah satu faktor bioskop-bioskop di China dan Korea Selatan bisa kembali beroperasi.
Bioskop-bioskop di Shanghai, China, mendapatkan bantuan dana 18 juta yuan atau sekitar Rp37,2 miliar dari pemerintah untuk mencegah penutupan permanen di tengah pandemi Covid-19.
Komisi Film Kota Shanghai menyatakan bioskop yang menerima bantuan dana dimulai dari berskala kecil hingga multipleks, disesuaikan dengan total penjualan tiket pada 2019 serta jumlah layar yang beroperasi.
Serupa, pemerintah Korea Selatan juga turun tangan untuk membantu bioskop. Pemerintah memotong iuran bulanan bioskop dan memaklumi penundaan pembayaran iuran hingga akhir tahun tanpa biaya keterlambatan.
Pemerintah Korsel juga mengucurkan 9 miliar won untuk kupon diskon tiket film. Dana itu membuat pengunjung hanya perlu membayar 40 persen dari harga tiket normal.
(chri/has)