Sesuai rasanya apabila Flower of Evil mendapatkan banyak perhatian dari pecinta drama Korea dalam beberapa bulan terakhir. Drama yang mengusung genre suspense melodrama ini berhasil menampilkan sisi misteri nan menegangkan sekaligus menguras emosi di saat yang bersamaan.
Flower of Evil menceritakan kehidupan pasangan suami istri bahagia, Baek Hee-sung (Lee Joon-gi) dan Cha Ji-won (Moon Chae-won). Namun, di balik kebahagiaan itu, Baek Hee-sung ternyata memendam misteri terkait kasus pembunuhan berantai di Yeonju belasan tahun lalu.
Ironisnya, Cha Ji-won merupakan salah satu ujung tombak detektif polisi karena selalu berhasil memecahkan kasus dan menangkap tersangka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, saya berniat menyaksikan drama ini karena menjadi momen reuni Lee Joon-gi dan Moon Chae-won usai membintangi Criminal Minds pada 2017 dan tertarik dengan premis Flower of Evil.
Lihat juga:Review Film: Bucin |
Namun, niatan itu sempat pudar ketika menyaksikan episode pertama yang amat jelas menonjolkan unsur melodrama bahkan terbilang seperti sinetron, yakni konflik antara mertua dan menantu serta pernikahan yang ternyata tak direstui bertahun-tahun.
Belum lagi karakter Lee Joon-gi yang seolah langsung dibuka bahkan ditonjolkan sebagai pembunuh berdarah dingin sejak awal. Dua hal itu sempat membuat saya meninggalkan drama ini beberapa pekan.
Hingga akhirnya, ramai pembicaraan warganet di media sosial membawa saya kembali ke drama ini dan menyadari dua hal tersebut hanya bagian kulit dari banyak misteri yang dikupas pelan-pelan dan amat detail oleh tim produksi.
Chief Producer Yoo Sang-won juga mengakui banyak prasangka buruk yang diterima drama ini di awal-awal penayangan. Namun, pada akhirnya hal tersebut berubah menjadi dukungan dengan sendirinya setelah beberapa episode disiarkan.
"Ketika baru dimulai, kami menghadapi banyak prasangka buruk seperti bagaimana mungkin pemeran utamanya seorang pembunuh? Apa benar ini drama romansa? Namun, ketika berjalan, karakter di sini meruntuhkan pemikiran yang terbentuk sebelumnya," kata Yoo Sang-won.
Hal tersebut benar adanya. Chemistry yang amat baik dan terlihat natural dari Lee Joon-gi dan Moon Chae-won menjadi bumbu tersendiri di tengah tumpukan misteri yang perlu diungkap dari drama ini.
![]() |
Selain chemistry, kemampuan Lee Joon-gi dalam berekspresi di setiap episode menjadi nilai tambah dari drama ini. Flower of Evil sejatinya menjadi drama yang menunjukkan sisi baru dari aktor kelahiran 17 April 1982 ini.
Ekspresi yang dingin, tatapan tajam, senyum simpul, serta kalimat-kalimat singkat yang diutarakan, menghapus gambaran serta kharisma dari karakter-karakter protagonis yang sering diperankan Lee Joon-gi sebelumnya.
Ia berhasil menyampaikan yang ingin diutarakan karakternya hanya melalui ekspresi bahkan mata. Wajar rasanya apabila ia membawa pulang setidaknya satu piala aktor terbaik tahun ini berkat aktingnya di Flower of Evil.
Lihat juga:Rekomendasi Film Akhir Pekan, Enola Holmes |
Tim produksi juga berhasil membuat penonton seolah-olah mengetahui dan bisa menebak adegan selanjutnya. Namun, itu ternyata jebakan yang malah bisa membuat penonton kaget bahkan bingung.
Hal mendasar yang sejatinya disoroti dari drama ini adalah kebiasaan orang-orang berprasangka buruk.
Kadang tanpa disadari kita sering sekali berprasangka buruk bahkan menghakimi orang lain tanpa mengetahui pasti yang terjadi. Tak jarang juga memberi label buruk kepada seseorang tanpa mendengarkan penjelasan atau kisah dari sudut pandang mereka.
Lebih parah lagi, orang-orang acap kali menurunkan kesalahan orang tua kepada anak.
Contohnya, apabila ayah dalam satu keluarga merupakan pencuri dan sedang dipenjara, orang-orang sekitar keluarga itu pasti langsung mencurigai sang anak apabila sesuatu hilang atau pencurian terjadi. Hakim sendiri pun biasanya langsung terjadi untuk mengatasi kejadian itu.
Hal tersebut bisa dibilang sebuah perundungan yang bisa mengganggu psikis anak ketika bertumbuh, bahkan sang anak dapat meyakini bahwa hal-hal yang diucapkan kebanyakan orang selama ini merupakan jati dirinya.
Flower of Evil juga seakan-akan mengajak penonton berpikir apa yang akan dilakukan apabila orang yang kita kasihi merupakan sasaran prasangka buruk orang lain selama bertahun-tahun. Seberapa besar keyakinan kita terhadap pasangan atau orang-orang yang kita sayangi?
Apakah akan memberi kesempatan untuk mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu atau langsung mempercayai pandangan banyak orang di luar sana?
Lihat juga:Review Film: I'm Thinking of Ending Things |
Saya bisa bilang karakter Cha Ji-won sangat langka untuk ditemukan di dunia nyata. Sosok yang selalu memberi kesempatan kepada orang yang dicintai untuk terbuka kepadanya, selalu membuka ruang untuk diskusi kepada pasangannya meski sudah sering sekali dibohongi.
Benar rasanya kata Kim Moo-jin (Seo Hyun-woo) bahwa Cha Ji-won merupakan malaikat. Ia hanya mempercayai suami yang telah dikenal belasan tahun tanpa mempedulikan omongan dan pandangan orang lain.
Di sisi lain, kehadiran Kim Moo-jin memberikan sedikit ruang untuk penonton bernapas setelah disajikan sejumlah masalah dalam pernikahan dan pekerjaan Cha Ji-won serta Baek Hee-sung.
Hanya satu catatan kecil dari saya untuk Flower of Evil. Sejumlah tensi yang sudah dibangun begitu apik hingga akhir episode 15 luluhlantak begitu saja di episode 16. Unsur yang sering dijumpai di sinetron Indonesia dihadirkan di episode terakhir yang sesungguhnya saya harapkan spektakuler.
Secara garis besar, Flower of Evil merupakan drama yang sukses mencampurkan misteri dan romansa di waktu bersamaan. Flower of Evil juga menjadi tempat reuni yang pas untuk bisa melihat Lee Joon-gi dan Moon Chae-won beraksi kembali.
(chr/bac)