Meski berangkat dari kisah fiktif, ada beberapa aspek dalam drama Start-Up yang diilhami kejadian di kehidupan nyata. (dok. tvN via hancinema.net)
Jakarta, CNN Indonesia --
Selain kental dengan kisah percintaan, drama KoreaStart-Upjuga menyuguhkan tentang kehidupan karier hingga proses perjuangan para tokoh dalam merintis perusahaan startup.
Perjuangan tersebut dimulai dengan mencari modal, menawarkan ide hingga memasarkan produk mereka agar mampu bersaing di tengah ketatnya persaingan bisnis rintisan yang sedang menjamur di Korea Selatan.
Meski berangkat dari kisah fiktif semata, ada juga beberapa aspek dalam drama ini yang diilhami kejadian dalam kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa fakta yang ada di antara kisah drama Korea Start-Up:
1. SANDBOX
Drama Start-Up menyuguhkan perjuangan Seo Dal-mi, Nam Do-san, dan Wo In-jae dalam mengembangkan bisnis rintisan (startup) mereka agar lolos masuk ke SANDBOX, semacam Silicon Valley-nya Korea Selatan.
SANDBOX digambarkan sebagai lokasi prestisius buat calon pengusaha untuk mendapatkan mentoring, investor, dan kantor gratis guna mengembangkan usaha rintisan mereka.
Namun sejatinya lembaga bak surga bagi para pelaku bisnis rintisan Korea Selatan itu sejatinya tidak ada. Set lokasi SANDBOX mulai dari tampilan luar dan dalam dilakukan di sejumlah tempat di Korea Selatan.
Salah satu contohnya adalah ruangan kala Dal-mi hadir dalam seminar SANDBOX di episode pertama adalah dilakukan di Robot Land, Incheon.
Sementara itu bagian luar SANDBOX yang terlihat ketika para pemain melintasi jembatan, diambil di Pulau Nodeul, Seoul. Kru produksi mengubah sedikit bangunan dengan menambahkan logo SANDBOX di bagian atasnya.
Kemudian adegan yang menunjukkan bagian depan SANDBOX diambil di Oil Tank Culture Park di Mapo-gu, Seoul. Tempat ini adalah taman dan kompleks budaya yang dulunya merupakan depo minyak.
2. Dukungan Pemerintah Korea
Dalam salah satu adegan di episode awal Start-Up, Nam Do-san tampak melihat kliping berita berisi dukungan pemerintah Korea Selatan dalam pengembangan bisnis rintisan.
Klipingan itu sejatinya benar adanya. Melansir Tech in Asia, berdasarkan catatan Korea-Trade Investment Agency (KOTRA), pemerintah Korea Selatan menyuntikkan dana sebesar 1 triliun won atau Rp13 triliun untuk pengembangan startup.
Di sisi lain, pemerintah Korea Selatan juga menerapkan kebijakan fiskal yang mendukung, seperti pengurangan pajak pendapatan investasi dan pembebasan pajak, juga menyuburkan ekosistem startup.
Meski berangkat dari kisah fiktif, ada beberapa aspek dalam drama Start-Up yang diilhami kejadian di kehidupan nyata. (dok: tvn)
Sementara itu SeoulZ menyebut, selain suntikan dana, beberapa kementerian Korea Selatan juga meluncurkan program untuk menjaring startup dari kalangan milenial yang dipersiapkan untuk menjadi mitra.
Salah satunya Kementerian UKM dan Startup Korea Selatan (Ministry of SMEs and Startups) yang menaungi program The Korea Institute of Startup and Entrepreneurship Development.
Program itu berfokus membantu startup mendapatkan investasi, melindungi teknologi, dan membantu mengembangkan prototipe.
Selanjutnya Kementerian Sains dan TIK Korea Selatan yang siap menggelontorkan anggaran hingga US$20 miliar untuk riset dan pengembangan startup yang bergerak di bidang AI, bioteknologi, jaringan 5G, dan teknologi luar angkasa.
Fakta berikutnya dari kisah Start-Up ada di halaman selanjutnya..
3. Lomba AI
Drama Korea Start-Up juga kerap menggambarkan persaingan antar pelaku startup pemula, seperti acara hackathon oleh SANDBOX serta lomba 'olimpiade' kecerdasan buatan bernama CODA.
Di dunia nyata, lomba-lomba sejenis memang ada. Korea Selatan bahkan menyelenggarakan K-Startup 2020 yang membuka partisipasi besar-besaran para startup di bidang kecerdasan buatan, logistik, bioteknologi, robotika, dan lainnya.
Acara ini juga mendatangkan startup dari kawasan Asia seperti India, Sri Lanka, Israel, Jordania, Turki, Azerbaijan, Nepal, Pakistan, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, dan Palestina.
Perlombaan tersebut merupakan bagian dari ambisi pemerintah Korsel untuk menjadi pemain kunci dalam industri kecerdasan buatan global.
Pemerintah Korsel bahkan berencana mengembangkan 50 perusahaan semikonduktor yang fokus pada pengembangan AI pada 2030. Yonhap menyebut, pemerintah Korsel akan mencari ribuan ahli lokal untuk memimpin gelombang baru inovasi itu.
Infografis Perkembangan Kecerdasan Buatan Dari Masa ke Masa. (CNNIndonesia/ Laudy Gracivia)
4. Tren Startup di Korea Selatan
Dalam Start-Up, Korea Selatan tampak tengah digandrungi tren perusahaan rintisan. Tak sedikit anak muda Korea bercita-cita atau berlomba-lomba menjadi CEO.
Namun penggambaran itu ternyata berdasarkan kejadian nyata. Menurut Asia Times, Seoul diproyeksikan menjadi lokasi penting dari industri startup global berikutnya.
Hal itu didasarkan dari hasil riset firma CB Insight yang menyebut Korea Selatan kini menjadi rumah bagi 11 startup unicorn, atau startup yang bernilai lebih dari US$1 miliar.
Korsel pun menempati urutan kelima di dunia setelah China, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Sebagian besar dari startup yang berkembang di Korea Selatan pun berpusat di Seoul. "Dan jika pemerintah Seoul berhasil, kota dengan 11 juta orang itu akan segera menantang Silicon Valley, New York, Boston, Seattle, dan Tel Aviv sebagai pembangkit tenaga ventura," tulis Asia Times.
Dalam Start-Up, Korea Selatan tampak tengah digandrungi tren perusahaan rintisan.: (dok. tvN/Netflix via Hancinema)
5. Bunuh Diri
Dalam sebuah episode drama Start-Up, ada kisah menyedihkan yang tersempil. Kim Yong-san (Kim Do-wan) yang merupakan salah satu pendiri Samsan Tech memiliki trauma kehilangan kakaknya yang juga pelaku startup.
Dikisahkan, kakak Yong-san tak sanggup menahan depresi usai gagal dalam sesi Demo Day kala menjadi bagian dari SANDBOX. Kakak Yong-san ini pun memilih mengakhiri hidupnya yang kemudian menjadi dendam dalam diri Yong-san untuk menjadi pelaku startup.
Kasus yang dialami kakak Yong-san tersebut menjadi gambaran tingginya angka bunuh diri oleh anak muda di Korea Selatan. Korea Herald menyebut, bunuh diri adalah penyebab nomor satu anak muda Korea meninggal.
Asia Times melaporkan, angka bunuh diri yang tinggi di Korea Selatan muncul oleh beberapa faktor, di antaranya tingkat persaingan yang sangat tinggi untuk kalangan usia di bawah 40 tahun.
Bagi remaja, depresi menghantui kala mereka bersaing memperebutkan kursi universitas favorit agar jadi kebanggaan. Belum lagi masalah perundungan yang kerap terjadi di kalangan remaja.
Untuk kalangan dewasa, sebagian besar disebabkan oleh kemiskinan. Meskipun Korea Selatan menjadi negara kaya setelah pertumbuhan ekonomi yang dramatis pada 1970-an, ketimpangan pendapatan menimbulkan kesenjangan di kalangan masyarakat.
Selain kemiskinan, tidak jarang warga dari kalangan bawah harus mengambil banyak pekerjaan demi mencukupi kebutuhan hidup. Ini pula yang menjadi faktor terbesar yang mendorong orang Korea untuk bunuh diri.
Beberapa pekerja kantoran sering lembur hingga larut malam dan bahkan pada akhir pekan yang membuat mereka stres. Tahun lalu, akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi oleh atasan, seorang desainer web dilaporkan bunuh diri.