Aceh salah satu titik awal masuknya Islam ke Nusantara. Maka tidak mengherankan jika Aceh menjadi pusat pengembangan intelektual Islam yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar-Raniry.
Kedua ulama ini banyak berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam seperti dayah semacam perguruan tinggi di Aceh. Tak hanya dari warga Aceh, murid mereka bahkan berasal dari berbagai penjuru nusantara.
Hamzah Fansuri merupakan ulama kelahiran abad ke-16 di Barus atau Panchor, Sumatera Utara. Buah pemikirannya telah melahirkan beberapa karya besar antara lain Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid, yang membahas masalah-masalah ilmu tauhid dan ilmu thariqat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian kitab Syaraabul Asyiqin, yang membicarakan masalah-masalah thariqat, syariat, haqiqat dan makrifat. Lalu kitab Al Muntahi, yang membicarakan masalah-masalah tasawuf.
Sebagai seorang ulama tasawuf, Hamzah Fansuri juga seorang pujangga atau penyair Sufi yang terkenal. Ia termasuk dalam jajaran ulama sufi terkenal pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Lihat juga:Fan Rayakan Hari Debut ke-15 Lee Min-ho |
Syair-syairnya menegaskan spiritual sufistik seorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ucapan-ucapan cinta tersebut kemudian dituangkan dalam untain syair yang indah dan penuh makna, seperti yang tetuang dalam Syair Perahu berikut ini :
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Untaian kata yang sarat makna, tersebut hampir sama dengan puisi-puisi Jalaluddin Rumi yang selalu menyampaikan bahwa Tuhan adalah sebagai satu-satunya tujuan dan tidak ada yang menyamai-Nya. Ia pun mendapat julukan sebagai Jalaluddin Rumi-nya Indonesia.
Namun, syair Hamzah Fansuri memiliki perbedaan rima atau bunyi. Dalam syair-syair Arab dikenal dengan rima rubaiyat yakni a-a-b-a, sedangkan syair Hamzah Fansuri memakai rima a-a-a-a. Rima tersebut yang kini menjadi cikal bakal bentuk pantun pertama dalam bahasa Melayu.
Baca tentang Ar-Raniri di halaman berikutnya...