Jakarta, CNN Indonesia --
PT Pindad (Persero) merilis sebuah Tank Boat bernama Antasena. Tank yang menjadi bagian dari program pemenuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dari Kementerian Pertahanan tersebut selanjutnya akan digunakan oleh TNI Angkatan Laut Indonesia.
Nama Antasena yang digunakan pada tank boat tersebut diambil dari tokoh pewayangan Jawa. Nama Antasena sendiri juga dikenal sebagai Anantasena.
Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, putra sulung Bimasena. Sementara itu dalam versi Yogyakarta, kedua tokoh tersebut adalah dua sosok yang berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada akhirnya, para dalang Surakarta sepakat tokoh Antasena dan Antareja adalah sosok yang berbeda, sebagaimana yang dimainkan oleh para dalang Yogyakarta.
Pitoyo Amrih dalam bukunya, Antareja Antasena: Perlintasan Kematian Para Ksatria (2006), mengatakan bahwa Anantasena merupakan putra bungsu Bimasena dengan Dewi Urang Ayu, puteri Batara Baruna.
Bimasena atau yang lebih dikenal dengan Wrekodara merupakan Pandawa nomor dua. Ia dikenal sebagai sosok yang kuat, berperilaku kasar, dan menakutkan bagi musuh, namun sebenarnya ia memiliki hati yang lembut.
Setelah menikah dengan Bima, Dewi Urang Ayu mengandung buah cinta mereka. Namun, suatu hari Bima diutus untuk kembali ke negeri Amarta dan meninggalkan istrinya dalam kondisi mengandung.
Selepas kepergian Bima, Dewi Urang Ayu tinggal bersama kedua orangtuanya hingga anaknya lahir. Anak tersebut ia beri nama Antasena.
Sejak lahir hingga dewasa, Antasena dibesarkan dalam naungan ibu dan kakeknya. Setelah beranjak dewasa, Antasena pergi menuju Kerajaan Amarta untuk menemui ayah kandungnya.
Setibanya di Amarta, Antasena justru mendapat kabar buruk bahwa Bima dan saudara-saudaranya disekap oleh Korawa bernama Prabu Ganggatrimuka.
Aksi Antasena menolong Bima dan saudaranya ada di sebelah...
Antasena pun berhasil menemukan Bima dan Pandawa lain dalam kondisi mati akibat disekap di dalam penjara besi yang ditenggelamkan di laut.
Berkat Cupu Madusena pusaka pemberian kakeknya, Antasena berhasil menghidupkan mereka kembali dan membunuh Ganggatrimuka. Setelah pertarungan itu, Antasena menikahi sepupunya yang bernama Janakawati yang tak lain adalah putri Arjuna.
Sosok Antasena tidak banyak ditulis dalam kitab Mahabharata karena ia merupakan tokoh ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian.
Dalam berkomunikasi dengan orang sekitar, Antasena selalu memakai bahasa ngoko atau bahasa Jawa kasar kepada siapa pun. Hal ini membuatnya dianggap seperti orang yang tidak mengenal tata krama.
 Ilustrasi. Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, putra sulung Bimasena. Sementara itu dalam versi Yogyakarta, kedua tokoh tersebut adalah dua sosok yang berbeda. (ANTARA FOTO/Maulana Surya) |
Ia sering berbicara ceplas-ceplos, tidak memedulikan perasaan lawan bicaranya, dan sering pergi tanpa pernah pamit. Namun sifat tersebut membuat Antasena dianggap sebagai orang yang jujur dan tidak suka dengan basa-basi.
Dalam hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia mampu terbang, masuk ke dalam bumi, hingga menyelam di lautan. Ia juga dikenal kebal dari segela macam senjata berkat kulitnya yang memiliki sisik seperti udang.
Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Baratayuda.
Kala itu, Antasena dan Wisanggeni menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk berharap restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Korawa. Sanghyang Wenang mengatakan bahwa apabila mereka ikut berperang, justru akan membawa kekalahan untuk pihak Pandawa.
Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia dan tinggal di kahyangan bersama Sanghyang Wenang.
Meski tidak terlibat dalam perang Baratayudha, pengorbanan Antasena akhirnya membawa kemenangan untuk Pandawa dan pasukannya dalam mengalahkan Kurawa.
Kini, nama Antasena dipakai oleh PT Pindad (Persero) sebagai nama salah satu kendaraan tempurnya. Tank Boat Antasena ini telah lolos menjalani serangkaian uji senjata dan jelajah laut. Tank Boat Antasena disebut mampu mengangkut kurang lebih 60 orang personel TNI AL.
"Uji coba diawali dengan Sea Trial dari dermaga Banyuwangi ke perairan Paiton, Jawa Timur. Tank Boat kemudian melaksanakan Firing Test menggunakan senjata utama kanon 30 mm di lapangan tembak TNI AL Paiton," dikutip dalam keterangan PT Pindad (Persero), Senin (24/5).