Satanic Panic di Indonesia dan Salah Paham Soal Santet

CNN Indonesia
Minggu, 20 Jun 2021 15:38 WIB
Meski tidak sama persis dengan Amerika pada dekade '80-an, masyarakat Indonesia juga mengenal kepanikan massal yang berhubungan dengan kultus gelap.
Ilustrasi. Bagi masyarakat dan kebudayaan di Indonesia, kepanikan massal seperti satanic panic lebih dikenal ketika terjadi kasus tertentu berkaitan dengan ilmu magi atau sihir yang sebagian besar masyarakat mengenalnya sebagai santet.(iStockphoto/richardnazaretyan)

Kelompok pertama adalah mantra magi hitam yang dijiwai oleh nilai-nilai kejahatan dan digunakan untuk tujuan kejahatan pula, dengan korban bukan hanya dihabisi nyawanya tetapi juga hartanya. Aktivitas yang erat dari kelompok ini adalah bantal nyawa, cekek, dan setah kuburan.

Kemudian ada mantra magi merah. Mantra ini digunakan tidak berlandaskan pada hati nurani, namun cenderung pada pemenuhan hawa nafsu dengan tujuan korban tersiksa batin dan fisiknya. Contoh dari kelompok ini adalah jaran goyang, siti henar, semut gatel, dan polong dara.

Lalu ada mantra magi kuning yang penggunaannya dilandaskan pada ketulusan hati dan maksud yang baik. Biasanya, mantra ini terbatas pada antar individu. Sabuk mangir, damar wulan, semar mesem, si kumbang jati, adalah termasuk kelompok ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terakhir ada mantra magi putih yang dijiwai oleh nilai-nilai kebaikan dan digunakan untuk tujuan kebaikan. Mantra ini berfungsi menetralisir praktik mantra magi hitam maupun merah, baik penyembuhan atau pun tolak bala.

"Dalam konteks budaya Using, mantra magi hitam digolongkan ke dalam sihir (pembunuhan), mantra magi merah dan kuning digolongkan ke dalam santet (pengasihan)," tulis Heru.

"Penggolongan semacam ini seringkali menimbulkan salah pengertian, khususnya yang berkaitan dengan terminologi santet dan sihir," lanjutnya.

Santet secara etimologi, dijelaskan Heru, berasal dari bahasa lokal masyarakat Using dan aslinya merupakan aktronim dari frasa mesisan kanthet (biar terikut) atau mesisan benthet (biar retak). Untuk makna mesisan kanthet, santet tergolong mantra magi kuning, sedangkan mesisan benthet menggolongkan santet sebagai magi merah.

"Kedua pengertian tersebut, menurut orang Using, bermakna pengasihan (cenderung bernuansa positif). Namun mulai dekade 1950-an, kata santet mengalami perluasan makna sehingga diidentikkan dengan ilmu hitam, padahal orang Using mempunyai terminologi sendiri dalam kaitannya dengan ilmu hitam, yakni sihir," tulis Heru.

"Tujuan jahat dari pemanfaatan mantra sebenarnya lebih merupakan kompensasi dari ketidakberdayaan orang memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pranata normal," kata Heru yang kemudian menyebut seringkali pemahaman ini diwariskan secara turun-temurun.

Pemahaman ini yang kemudian dinilai oleh Heddy terus beredar di tengah masyarakat, apalagi ketika menghadapi suatu fenomena yang "di luar nalar".

"Sebetulnya [hal magi] kayak begitu orang sudah banyak tahu, tapi itu tidak akan jadi kepanikan massal kalau tidak ada situasi tertentu. Semacam pembunuhan massal, banyak kematian berkali-kali dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah," kata Heddy.

(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER