Beberapa waktu terakhir, netizen menggunjing sebuah tayangan sinetron yang dianggap melakukan plagiat atau menjiplak serial populer asal Korea Selatan, Squid Game.
Dalam sinetron yang semula mengisahkan percintaan dan kehidupan anak SMP tersebut, sebuah pertandingan berisi sejumlah permainan ditampilkan dengan komposisi mirip dengan Squid Game.
Hal itu terlihat mulai dari keberadaan petugas pengawas permainan yang menggunakan topeng walau tak sama dengan yang ada di Squid Game, hingga pakaian peserta dengan gaya senada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sinetron itu pun menarik perhatian netizen. Sebagian besar mengkritik dan menuding telah menjiplak Squid Game. Sementara sisanya, mempertanyakan izin dan legalitas pihak rumah produksi sinetron tersebut membuat cerita mirip Squid Game.
Menurut pengamat perfilman dan budaya pop Hikmat Darmawan, aksi sinetron Indonesia meniru produk asing seperti Squid Game tersebut sejatinya merugikan industri ekonomi kreatif Indonesia.
Lihat Juga : |
"Produksi dengan meniru produk yang lebih laku, yang rugi bukan produk sananya [asing], bukan Squid Game. Tapi Indonesia," kata Hikmat Darmwan kepada CNNIndonesia.com, Senin (25/10).
"Indonesia dirugikan sebagai sebuah industri. Ruginya secara kualitatif. Kualitatif maksudnya 'Segini aja nih tenaga kreatif kita. Meniru aja nih'," lanjutnya.
Hikmat menilai pihak produksi sinetron tersebut juga dirugikan karena tidak bisa meningkatkan kemampuan diri jika meniru karya lain. Selain itu, penonton juga akan dirugikan karena tidak memiliki banyak pilihan tontonan.
Menurut Hikmat, penyebab sinetron Indonesia kerap melakukan peniruan terhadap karya lain adalah karena kurangnya kreativitas. Sinetron Indonesia kerap mengabaikan kreativitas dengan mengambil jalan pintas demi mendapatkan rating yang tinggi.
"Sinetron itu masalahnya memang sebuah industri yang sangat tidak memberi ruang pada kreativitas. Pokoknya yang penting laku. Jalan pintas itu sering diambil," ujar Hikmat.
lanjut ke sebelah..