Meski demikian, upaya meracik formula baru tidak selamanya berjalan mulus. Jalan terjal juga kerap dilalui para produser dan filmmaker ketika film yang dirilis gagal di pasaran. Salah satu penyebabnya, menurut Angga, adalah "faktor X" dan anomali yang kerap terjadi di luar kontrol filmmaker.
"Tidak ada yang bisa menjamin strategi yang telah dieksekusi dengan baik itu bisa membawa kami ke KPI yang telah dilakukan, itu belum tentu," kata Angga.
"Selalu banyak anomali dan X factor yang kadang di luar kontrol kami juga, and it's okay," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Fenomena tersebut terjadi baru-baru ini. Proyek ambisius Satria Dewa: Gatotkaca yang berbujet puluhan miliar rupiah ternyata melempem di pasaran.
Berdasarkan pantauan per Kamis (30/6), film tersebut hanya mencatat 186.133 penonton sejak rilis pada 9 Juni 2022. Angka itu kalah jauh dari Ngeri-Ngeri Sedap yang meraih lebih dari 2,3 juta penonton yang tayang satu minggu sebelumnya. Padahal, film garapan Bene Dion Rajagukguk itu relatif tidak menggelontorkan banyak dana promosi.
Satrio Pamungkas menerangkan fenomena tersebut disebabkan oleh selera masyarakat Indonesia. Penonton saat ini dinilai cenderung mencari film sebagai hiburan yang memiliki kedekatan dengan kehidupan mereka.
"Orang-orang itu datang ke bioskop udah enggak mau lagi cari capek buat melihat suatu hal yang imajinatif," ungkap Satrio.
"Gatotkaca itu mungkin secara sosial identitas kuat, tapi secara pleasure kalah sama Ngeri-Ngeri Sedap," lanjutnya.
Sementara itu, pengamat film dan budaya pop Hikmat Darmawan menilai salah satu penentu film laris ditonton justru berasal dari faktor ekstrinsik. Ia beranggapan fenomena film berbujet besar tetapi tidak laku merupakan suatu hal yang jamak terjadi.
Sebab, faktor ekstrinsik seperti tren di masyarakat punya pengaruh besar dalam menentukan nasib film di pasaran.
"Kalau ada film modal besar terus flop, itu biasa terjadi. Bisa jadi karena filmnya dapat omongan jelek. Meski, ada juga film yang semua kritikus bilang jelek tapi laris-laris aja," tambah Hikmat Darmawan kepada CNNIndonesia.com.