Dilansir melalui keterangan resmi Lembaga Ketahanan Nasional RI, lagu ciptaan Kusbini pada 1942 ini terinspirasi dari momen Sumpah Pemuda yang terjadi pada 1928.
Makna pada lagu ini mengajak para pemuda untuk memaknai rasa bakti pada negara; untuk mencintai negeri dengan sepenuh hati tanpa pamrih.
Lagu Bagimu Negeri tercipta pada tahun 1942 saat Kusbini bertemu dengan Bung Karno (Ir. Soekarno) yang menanyakan ide untuk menciptakan sebuah lagu yang dapat membangkitkan semangat juang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa itu pula, Kusbini bekerja sama dengan beberapa komponis lainnya seperti Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, Sanusi Pane, dan seniman lainnya untuk menciptakan lagu Bagimu Negeri.
Lagu Hari Merdeka merupakan salah satu lagu yang wajib diputar saat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus setiap tahunnya.
Hari Merdeka diciptakan oleh Mutahar sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan yang berhasil diraih Indonesia setelah Teks Proklamasi dibacakan.
Sejak saat itu, lagu Hari Merdeka menjadi lagu wajib untuk dikumandangkan pada saat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Lagu pembangkit semangat ini masih sering mengundang perdebatan atas pencipta orisinalnya.
Menurut katalog lagu yang dilampirkan Ninok Leksono dalam bukunya Seabad Ismail Marzuki Senandung Melintas Zaman (2014), Halo-Halo Bandung masuk dalam kategori lagu ciptaan Ismail Marzuki dan dibuat pada 1945.
Namun Ninok memberikan catatan pada lagu tersebut lantaran masih menimbulkan perdebatan akan keaslian karya Ismail Marzuki.
Dikisahkan Ninok, lagu Halo-Halo Bandung disebut akademisi Remy Silado dalam seminar sehari 'Para Tokoh Sejarah Betawi Abad XIX-XX' pada 2013 merupakan karangan Lumban Tobing.
Lumban merupakan prajurit Siliwangi yang pergi ke Yogyakarta bersama peletonnya dan menyanyikan lagu ini.
Lumban sendiri disebut menggunakan ketenaran lagu Hallo Bandoeng karangan Willy Derby yang telah terkenal sebelumnya pada 1923.
Namun terlepas dari segala kontroversi yang meliputi lagu ini, Halo-Halo Bandung jelas merupakan lagu yang akan mengingatkan kita akan kebesaran hati para pejuang di Bandung kala membakar habis wilayah Bandung selatan dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Tanpa pemuda, kemerdekaan Indonesia tak akan ada dalam genggaman. Semangat inilah yang kemudian dimaknai dan ditekankan oleh Alfred Simanjuntak pada 1943.
Ketika itu, Alfred yang masih berusia 23 tahun adalah seorang guru yang mengajar di Sekolah Rakyat Sempurna di Semarang.
Dalam sebuah wawancara dengan Tempo pada 2012, Alfred mengakui bahwa lagu ini sempat membuatnya masuk dalam buruan nomor satu Jepang.
Dengan lirik yang mengobarkan semangat serta ketukan menghentak, lagu ini adalah daftar putar wajib di setiap perayaan Hari Kemerdekaan dan Sumpah Pemuda.