Jakarta, CNN Indonesia --
Surabaya menjadi kota kelahiran musik koplo, yang secara langsung merupakan keturunan dangdut. Namun, sebagai 'anak' dari musik dangdut, publik kerap lupa dengan perjuangan yang mesti dilalui koplo sejak 'brojol' di ibu kota Jawa Timur.
Koplo dulu dipandang sebelah mata. Teler, mabuk, dianggap musik pinggiran, hingga musik comberan, menjadi kata yang menempel pada musik koplo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Label negatif itulah yang membuat musik koplo sempat sulit untuk diterima oleh masyarakat luas dan hanya dinikmati oleh segelintir orang, dan kemudian identik dengan masyarakat kelas bawah di sudut-sudut kota Surabaya.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, koplo kini hadir di tiap rongga masyarakat. Bahkan, dianggap sebagai salah satu musik primadona bagi masyarakat Indonesia.
"Alhamdulillah melalui perjuangan teman-teman yang mempopulerkan lagu koplo, sekarang (koplo) sudah mendunia," kata pentolan OM New Monata, Cak Sodiq, kepada CNNIndonesia.com di kediamannya di kawasan Pasuruan, Jawa Timur.
 Cak Sodiq pentolan New Monata. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim) |
Musik koplo kini tidak hanya hadir di kafe-kafe dangdut di kawasan pinggiran, tapi, kata Cak Sodiq, sudah "naik kelas" ke masyarakat yang naik mobil Alphard.
Potret yang dilontarkan Cak Sodiq itu bahkan tergambarkan oleh Inul Daratista yang jadi pelopor dangdut koplo di Indonesia. Ketika CNNIndonesia.com mewawancarai Inul Daratista lewat Zoom, pedangdut itu menerima panggilan kami di dalam mobil mewah miliknya.
Pedangdut bernama asli itu pun Ainur Rokhimah itu juga mengatakan hal yang sama. Dangdut, termasuk koplo, sudah merangsek ke segala rongga-rongga masyarakat, hingga orang nomor satu di Indonesia.
"Aku sudah bawa dangdut koplo ke ballroom, bahkan pejabat daerah, kepala daerah. Bahkan presiden kita menikmati musik koplo. Semua enjoy gitu," ujar Inul Daratista.
"Orang (punya) mobil mewah pun juga di dalamnya bisa, lho, (pasang) musik-musik dangdut. Sekarang lagu-lagu diskotek pun lagunya dangdut, dan itu juga sudah masuk mobil-mobil mewah," tambah dia.
Di awal-awal kemunculannya di Jawa Timur, koplo dilabeli sebagai musik yang membawa pengaruh buruk karena sejarah kelahirannya berhubungan dengan pil koplo. Pada periode 1990-an, musik ini memang lahir untuk menambah sensasi mereka yang berpesta di bawah pengaruh substansi yang candu.
Itu yang membuat koplo dicap sebagai musik yang memabukkan dan hanya untuk orang-orang pinggiran.
Lanjut ke sebelah...
[Gambas:Video CNN]
Hingga akhirnya sosok Inul Daratista terendus dan koplo bertransformasi. Beredarnya penampilan menyihir Inul yang terekam dan tersebar lewat VCD ilegal, membuat sang penyanyi kemudian ditarik ke ibu kota dan mulai tampil di layar kaca.
Kehadiran Inul di layar kaca membuat pedangdut lain latah dan ingin mengikuti jejak sang biduan. Perkembangan koplo itu menjadi kenangan yang monumental bagi Cak Sodiq.
"Karena Mbak Inul juga ya. Dulu kan dia terkenal dengan gaya ngebornya, terus yang lain ikut-ikutan ngebor. Ada yang joget gergajilah, dan lain-lain," kenang Cak Sodiq.
"Waktu itu memang tren. Jadi, mau enggak mau ya (yang lain) ikut-ikutan karena waktu itu koplonya Mbak Inul luar biasa memang," sambungnya.
Tidak hanya para biduannya. Orkes Melayu top di Surabaya Raya pun mengikuti pola bermusik Inul dan kawan-kawan. Ini yang kemudian jadi titik balik tersebarnya koplo di Jawa Timur pada saat itu.
 Inul Daratista pada 2003 saat awal-awal fenomena musik koplo menyebar secara nasional. (AP Photo/File) |
"Dari teman-teman musisi, tiap electone tunggal atau orkes yang lain, itu dikoploin banget. Terutama, kami sebagai orkes yang memang selalu dijuluki koplo: New Monata, New Pallapa, Sera. Itu bikin koplo semuanya. Mereka kan ikon-ikon Jawa Timur," jelas Cak Sodiq.
"Mau enggak mau ikon-ikon orkes Jawa Timur semuanya ikut-ikutan. Mau enggak mau alam ikut berbicara. Koplo mendunia," lanjutnya terkekeh bangga.
Meski demikian, dangdut koplo di Surabaya tampak meredup. Bahkan bisa dibilang hanya tersisa remah-remahnya saja.
Nyatanya, tak banyak pertunjukan orkes dangdut maupun koplo di sana. Setidaknya selama setahun terakhir, panggung koplo yang dapat ditelusuri di Kota Pahlawan itu sepi penonton -- terlepas dari pandemi Covid-19 yang membatasi ruang gerak manusia.
Selama itu, yang dapat ditelusuri hanyalah audisi adu bakat biduan koplo yang digagas oleh salah satu stasiun televisi nasional.
Helatan tersebut digelar di sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di pinggir timur Surabaya, berhimpitan dengan permukiman kampung kota padat penduduk: kondisi yang menggambarkan meredupnya koplo di kota kelahirannya sendiri.
[Gambas:Video CNN]
Amatan tersebut disetujui oleh Rani Larasaty selaku Program Director Radio Dangdut Kota FM di Surabaya. Sebagai salah satu wadah dangdut yang tersisa di Surabaya, sudah tak banyak lagi pentas koplo yang dapat ditemui oleh masyarakat luas.
"Kali ini saya setuju, bahwa di tahun 2022-2023 ini panggung koplo meredup di kota kelahirannya sendiri, dan justru besar di kota lain seperti Yogyakarta, Jakarta dan lainnya," kata Rani kepada CNNIndonesia.com.
"Ini merujuk pada jumlah event yang di-support oleh radio kami pun menurun. Tidak seramai tahun-tahun sebelumnya," sambungnya. "Surabaya Raya lebih banyak event konser musik dengan artis dari genre lain."
Di era saat ini, pertunjukan koplo hanya dapat ditemukan di rongga-rongga kota satelit seperti Gresik atau Mojokerto yang berjarak sangat jauh dari pusat kegiatan anak muda di Surabaya.
Selain itu, menurut Cak Sodiq, pentas koploan di tengah Surabaya umumnya digelar di Gelanggang Olah Raga (GOR) sebagai sarana untuk pesta rakyat yang digelar dengan bebas biaya.
"Di Gelora Tambaksari sih biasanya. Tapi selama pandemi ini memang belum ada lagi. Biasanya di GOR-GOR besar atau lapangan milik tentara kayak Kodam," kata Cak Sodiq.
 Cak Sodiq, yang merupakan salah satu ikon dangdut koplo, menjadi saksi hidup bagaimana koplodi Surabaya kini merana meski di belahan lain Tanah Air musik ini bisa ditemukan di mana-mana. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim) |
"Yang buat acara biasanya memang dari pihak berseragam, terus dibuat kayak pesta rakyat. Rata-rata sih gratis memang," imbuhnya.
Namun di tengah keredupan di tempat lahirnya, sisa-sisa produk koplo juga dapat ditemukan di sisi lain kota Surabaya.
Koplo hadir dengan versi lebih gemerlap lewat funkot, seakan mengulang masa lalu saat sub-genre dangdut ini baru lahir di diskotek dan klab malam bilangan Girilaya alias gang Dolly.
Amatan CNNIndonesia.com, keberadaan klab-klab malam tersebut juga tersembunyi di balik gedung-gedung tua.
Cak Sodiq, yang merupakan salah satu ikon dangdut koplo, menjadi saksi hidup bagaimana koplodi Surabaya kini merana meski di belahan lain Tanah Air musik ini bisa ditemukan di mana-mana.
Ironis memang. Padahal, Cak Sodiq dinilai sebagai Raja Koplo Indonesia.
Pria berambut gimbal itu tidak bisa bercerita banyak soal nasib kini koplo di Jawa Timur, selain mengenang masa lalu saat koplo sedang berjaya.
Namun, panggung dangdut koplo yang "meredup" di Surabaya ini tak ikut meredupkan semangat Cak Sodiq untuk terus berkarya.
"Enggak bolehlah kalah sama anak-anak muda," katanya terkekeh. "Kami harus tetap semangat. Aku juga (mesti) kreatif. Selalu berkarya dan selalu menciptakan."