Amerika Serikat menyebut konferensi menteri-menteri luar negeri asing mengenai pembangunan kembali Afghanistan di Beijing memperlihatkan komitmen negara itu di wilayah pada saat tentara negara Barat ditarik mundur.
"Pandangan Tiongkok atas hubungan dengan Afghanistan dalam beberapa tahun ini telah berubah drastis, dan menurut kami, berubah ke arah yang benar," ujar seorang pejabat senior departemen luar negeri AS.
Pujian AS itu jarang diberikan kepada Tiongkok karena Washington dan Beijing biasanya selalu bertikai dalam masalah-masalah geopolitik mulai dari Iran hingga Laut Cina Selatan.
Namun, tampaknya kedua negara memandang Afghanistan sebagai titik pertemuan kepentingan keamanan keduanya.
"Ini benar-benar memperlihatkan komitmen Tiongkok pada Afghanistan, perannya di wilayah dan kami menyambut baik hal itu," ujar pejabat AS tersebut.
Dia menambahkan dukungan tambahan untuk kontra-terorisme "akan sangat berharga," dan mengatakan bahwa meningkatkan kerjasama dalam masalah "pembiayaan terorisme" di PBB merupakan topik yang harus dibicarakan oleh kedua negara di masa depan.
Menteri luar negeri negara Asia dan Asia Tengah akan menghadiri putaran keempat konferensi "Proses Istanbul" tentang Afghanistan pada Jumat (31/10), sementara Amerika Serikat mengirim penasehat Gedung Putih John Podesta ke pertemuan ini.
Pemerintah Tiongkok berharap bisa mendorong pembangunan dan kemanan di Afghanistan.
Sebelumnya, Tiongkok berjanji memberi bantuan sebesar US$327 juga hingga 2017, dan sejauh ini negara itu telah menyumbang dana sebesar US$250 juga sejak kejatuhan rejim Taliban pada 2001.
Tiongkok, yang terhubung dengan Afghanistan melalui koridor pegunungan sempit yang hampir tidak mungkin dilalui, bersiap untuk memikul tanggungjawab lebih besar di Afghanistan setelah sejumlah besar tentara AS ditarik mundur.
Pemerintah Tiongkok mengatakan tidak berniat mengisi kekosongan akibat penarikan militer AS tetapi berjanji untuk memainkan peran lebih besar di bidang pembangunan kembali Afghanistan.
Para pejabat Tiongkok khawatir ketidakstabilan di Afghanistan bisa menyebabkan lebih banyak kerusuhan di wilayah Xinjiang, yang menurut pemerintah menjadi lokasi serangan dengan kekerasan oleh kaum separatis militan yang dipengaruhi oleh kelompok ekstrimis di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Akan tetapi, banyak pengamat mempertanyakan pengaruh kelompok militan asing di Tiongkok ini, dan menyatakan bahwa marginalisasi Muslim Uighur di bidang ekonomi merupakah salah satu penyebab utama kekerasan di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT