Brisbane, CNN Indonesia -- Para pemimpin G20 berkomitmen memobilisasi sumber daya untuk mengatasi wabah Ebola yang telah menewaskan 5.000 orang tetapi tidak menyepakati pendirian dana pandemik global.
Pernyataan bersama G20 terkait krisis ini yang dikeluarkan Sabtu (15/11) mengatakan bahwa seluruh anggota "berkomitmen mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan upaya internasional bisa mengatasi wabah ini dan juga kerugian ekonomi dan kemanusiaan jangka menengah".
Ketua Oxfam Australia Helen Szoke mengatakan pernyataan itu tidak memperlihatkan satu sikap darurat dan komitmen spesifik, sehingga besar kemungkinan target PBB untuk merawat 70 persen kasus penyakit ini pada 1 Desember tidak akan tercapai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya yang masuk akal adalah seluruh negara-negara G20 menyatakan komitmen finansial masing-masing, baik untuk jangka panjang maupun menengah."
Dia menambahkan G20 harus berkomitmen dalam menentukan jumlah dana pada komunike bersama yang akan dikeluarkan Minggu (16/11).
Bank Dunia, yang memperkirakan kerugian wabah ini bisa mencapai US$30 miliar, mengusulkan pembentukan fasilitas pandemik global darurat.
Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan bahwa ide membentuk dana darurat global yang bisa dengan cepat bereaksi jika terjadi krisis ini diminati oleh sejumlah pemimpin negara.
Dana bisa dikumpulkan melalui pasar obligasi internasional dan dibayar jika jatuh tempo.
Pernyataan G20 ini meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, IMF, untuk mencari mekanisme baru yang fleksibel untuk mengatasi dampak ekonomi krisis serupa dimasa depan, namun tidak secara khusus menyebutkan pendekatan yang dimaksud.
"Deklarasi ini kurang isi," ujar Friederike Roder, juru bicara organisasi ONE yang bergerak di bidang pengentasan kemiskinan dan penyakit yang bisa dicegah terutama di Afrika.
"Mana aksi kongkrit yang ditawarkan oleh anggota G20 untuk mengendalikan wabah ini?"
Oxfam dan ONE mengatakan tiga negara yang paling parah dilanda wabah ini, Sierra Leone, Guinea dan Liberia, sangat memerlukan bantuan medis dan pemakaman aman.
Amerika Serikat, donor terbesar IMF, menekan agar organisasi ini menghapus hutang sebesar US$100 juta dari ketiga negara itu untuk membantu perekonomian mereka dan memberi ruang pada keuangan negara untuk bisa dialokasikan pada sektor pembelanjaan.